Serambimuslim.com– Meluruskan dan merapatkan shaf adalah salah satu perintah penting dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya ketika melaksanakan shalat berjamaah.
Rapatnya barisan atau shaf dalam shalat berjamaah menjadi bagian dari kesempurnaan pelaksanaan ibadah shalat, sebagaimana yang disampaikan dalam berbagai hadits Rasulullah SAW. Dengan shaf yang lurus dan rapat, jamaah akan merasakan kebersamaan dan keharmonisan dalam menjalankan ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Shaf pertama dalam shalat berjamaah adalah tempat yang paling utama, memiliki nilai pahala yang lebih besar dibandingkan dengan shaf di belakangnya.
Karena itu, umat Muslim sangat dianjurkan untuk bergegas ke masjid setelah mendengar adzan agar bisa menempati shaf pertama, yang berada di belakang imam.
Keutamaan ini didukung oleh berbagai hadits yang menunjukkan bahwa shalat di shaf pertama memberikan pahala yang lebih besar, meskipun shalat berjamaah di shaf mana pun tetap lebih baik daripada shalat sendirian.
Rasulullah SAW bersabda:
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
Artinya: “Shalat berjamaah lebih baik 27 derajat dibanding shalat sendirian.” (HR Bukhari)
Hadits ini menunjukkan betapa besar pahala yang diperoleh ketika shalat berjamaah, baik di shaf depan maupun belakang.
Namun, berada di shaf pertama memberikan keutamaan khusus yang tak didapatkan di shaf-shaf lain. Rasulullah SAW bersabda:
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إلاَّ أنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا
Artinya: “Seandainya manusia mengetahui keutamaan yang terdapat pada adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak akan mendapatkannya kecuali dengan diundi, niscaya mereka akan mengundinya.” (HR. Muslim)
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa nilai dan keutamaan shaf pertama sangat tinggi, sehingga jika umat Muslim mengetahui betapa besarnya pahala yang akan mereka dapatkan, mereka pasti akan berusaha mendapatkannya, bahkan jika harus diundi.
Selain pahala yang besar, orang yang menempati shaf pertama juga mendapatkan keutamaan lain, yakni doa atau shalawat dari Allah SWT dan para malaikat-Nya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الصُّفُوْفِ اْلأُوَلِ
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang shalat di shaf pertama.” (HR. Abu Dawud, shahih)
Hadits ini menunjukkan bahwa shaf pertama adalah tempat yang istimewa, sehingga umat Muslim yang berada di dalamnya mendapatkan rahmat dan doa dari Allah dan malaikat.
Keutamaan ini juga meliputi orang yang berada di shaf kedua, sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain yang memperluas pahala kepada shaf kedua.
Meski begitu, shaf pertama tetap memiliki nilai utama yang lebih tinggi dibandingkan shaf-shaf lainnya.
Rasulullah SAW menjelaskan dalam haditsnya tentang kedudukan shaf terbaik bagi laki-laki dan perempuan ketika melaksanakan shalat berjamaah bersama.
Rasulullah SAW bersabda:
خيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا ، وَشَرُّهَا آخِرُهَا ، وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا ، وَشَرُّهَا أوَّلُهَا
Artinya: “Sebaik-baik shaf bagi laki-laki adalah yang paling depan, dan yang paling jelek adalah yang paling belakang. Sebaik-baik shaf bagi wanita adalah yang paling belakang, dan yang paling jelek adalah yang paling depan.” (HR. Muslim)
Dari hadits ini, dapat dipahami bahwa dalam shalat berjamaah yang diikuti oleh laki-laki dan perempuan, laki-laki sangat dianjurkan untuk berada di shaf depan, sedangkan perempuan lebih baik berada di shaf belakang.
Tujuannya adalah agar tidak bercampur baur antara laki-laki dan perempuan, sehingga menjaga kekhusyukan dan kenyamanan dalam beribadah.
Meluruskan dan merapatkan shaf adalah hal yang harus diperhatikan dalam shalat berjamaah. Imam dianjurkan untuk meminta makmum agar meluruskan dan merapatkan barisan sebelum memulai shalat.
Hal ini sangat penting karena Rasulullah SAW mengajarkan bahwa meluruskan shaf merupakan bagian dari kesempurnaan shalat.
Rasulullah SAW bersabda:
“Luruskanlah shaf-shaf kalian, sebab hal itu termasuk kesempurnaan shalat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam beberapa hadits lain, Rasulullah SAW juga seringkali menekankan pentingnya merapatkan shaf, sehingga tidak ada celah di antara jamaah.
Shaf yang lurus dan rapat menggambarkan persatuan umat Islam yang berdiri di hadapan Allah dengan kebersamaan dan kesetaraan.
Selain itu, meluruskan dan merapatkan shaf dapat menghindarkan jamaah dari gangguan setan yang mencoba memecah-belah barisan.
Saat mendirikan shalat berjamaah, dianjurkan untuk mengisi shaf yang masih kosong sebelum membuat barisan baru. Kekosongan di tengah shaf sebaiknya segera diisi agar seluruh jamaah bisa berdiri dengan rapi dan merata.
Rasulullah SAW mengajarkan agar imam sebelum memulai shalatnya menyerukan kepada jamaah untuk memenuhi shaf yang masih kosong. Hal ini agar jamaah bisa berdiri dengan rapi, saling merapatkan dan meluruskan barisan.
Shalat berjamaah dengan memperhatikan kedudukan shaf dan merapikannya menunjukkan kepatuhan kita terhadap sunnah Rasulullah SAW. Menjaga shaf agar tetap lurus, rapat, dan berisi dari depan adalah wujud persaudaraan dalam Islam serta bentuk kecintaan kepada Allah Ta’ala.