Berita  

Hikmah Mudik dalam Islam: Lebih dari Sekadar Pulang Kampung

Ilustrasi mudik (Doc : Int).

SerambiMuslim.com– Menjelang akhir Ramadan, masyarakat Indonesia mulai bersiap untuk mudik ke kampung halaman. Tradisi tahunan ini bukan sekadar perpindahan fisik, tetapi juga momen penuh makna yang sarat dengan hikmah.

Dalam Islam, perjalanan atau safar memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Tidak hanya sekadar perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga menjadi sarana untuk merenungi kebesaran Allah SWT dan meningkatkan kualitas diri.

Ustaz Hilman Fauzi menjelaskan bahwa ada tiga hikmah utama yang dapat dipetik dari safar, khususnya dalam perjalanan mudik, yaitu tazakur (mengingat Allah), tasyakur (bersyukur atas nikmat Allah), dan tasobur (melatih kesabaran).

1. Tazakur – Mengingat Allah SWT

Perjalanan merupakan kesempatan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam safar, seseorang menyaksikan berbagai tanda kebesaran-Nya melalui pemandangan alam dan pengalaman di sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengawali perjalanan dengan doa dan dzikir.

“Barang siapa yang keluar dari rumah dengan menyebut nama Allah, maka dia akan mendapatkan tiga hal: perlindungan dari Allah, keberkahan dalam perjalanan, dan keselamatan hingga sampai tujuan,” ujar Ustaz Hilman dalam program Kultum Kemuliaan Ramadan CNN Indonesia.

Ia juga menekankan agar perjalanan tidak hanya menyisakan rasa lelah, tetapi juga membawa hikmah dengan selalu mengingat Allah SWT. Dzikir dan doa menjadi amalan utama yang sebaiknya tidak ditinggalkan selama perjalanan.

2. Tasyakur – Bersyukur atas Nikmat Allah

Mudik merupakan anugerah yang tidak semua orang bisa rasakan. Kesempatan untuk kembali ke kampung halaman dan berkumpul dengan keluarga adalah nikmat yang patut disyukuri.

“Bersyukur karena masih diberikan rezeki untuk pulang, bersyukur karena masih diberikan kesehatan untuk bertemu keluarga, dan bersyukur karena bisa berbagi kebahagiaan dengan sanak saudara,” tutur Ustaz Hilman.

Ekspresi rasa syukur bisa diwujudkan dengan memperbanyak dzikir dan mengucapkan Alhamdulillah dalam setiap keadaan, termasuk saat menghadapi tantangan seperti macet atau keterlambatan perjalanan.

3. Tasobur – Melatih Kesabaran

Safar juga merupakan ujian kesabaran. Selama perjalanan, seseorang akan menghadapi berbagai tantangan seperti antrean panjang, kemacetan, atau kendala teknis lainnya. Dalam kondisi ini, kesabaran menjadi kunci agar perjalanan tetap nyaman dan penuh keberkahan.

“Kalau kita ingin melihat kualitas seseorang, lihat di dua waktu. Pertama, saat safar. Kedua, saat dia dihadapkan pada urusan uang atau materi. Saat safar, karakter asli seseorang akan terlihat. Apakah dia egois, ingin menang sendiri, atau justru menghargai orang lain?,” kata Hilman.

Ia menambahkan bahwa penting untuk bersikap sabar dalam perjalanan dengan tidak menyerobot antrean, menghormati hak orang lain, dan memastikan kehadiran kita membawa keamanan serta kenyamanan bagi sesama.

“Di perjalanan, pastikan kita tidak melalaikan perintah Allah SWT. Jangan sampai perjalanan kita justru menjadi sebab kemudaratan bagi orang lain,” tutupnya.