SerambiMuslim.com — Angka kematian jemaah pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini 1445 H/2024 M turun dari tahun sebelumnya 1444 H/2023 M.
Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), pada 20 Juni 2024, yang diakses jam 12.30 Waktu Arab Saudi, total jemaah wafat berjumlah 193 orang. Rinciannya, 19 jemaah wafat di Madinah, 138 jemaah wafat di Makkah, dan 3 jemaah wafat di Jeddah. Pada puncak haji, 6 jemaah wafat di Arafah dan 27 jemaah wafat di Mina. Sementara data di hari yang sama pada 2023, total ada 313 jemaah haji yang wafat, sekitar 63 di antaranya wafat di Arafah dan Mina.
Wakil Ketua (Waka) Majelis Permusyawaratab Rakyat (MPR), Yandri Susanto mengungkapkan, hal ini menjadi salah satu indikator suksesnya penyelenggaraan haji tahun ini.
“Saya pantau dari awal, mulai pemberangkatan dari Tanah Air, lalu pemberangkatan kloter pertama sampai terakhir, dan puncaknya Armuzna (Arafah-Muzdalifah-Mina), saya berkesimpulan pelaksanaan haji tahun ini jauh lebih baik dari tahun lalu, ukurannya sangat jelas dan masyarakat gampang melihatnya,” ungkap Yandri dalam keterangan resminya dilansir dari laman Kemenag, Kamis, (20/06).
“Misalnya, tahun lalu, ada tragedi Muzdalifah, sekarang alhamdulillah tidak ada. Dulu banyak yang meninggal, bahkan hampir mencapai angka 800, sekarang jauh menurun,” sambungnya.
Ia mengatakan, selain angka kematian yang mengalami penurunan, angka rawat jemaah juga menurun dibanding tahun sebelumnya.
“Saya pantau juga di pos-pos kesehatan, serapan obat yang dipakai sekitar 50%. Artinya banyak orang sehat. Artinya gagasan istithaah kesehatan dari Kemenag membuahkan hasil,” sebut Yandri Susanto.
Atas pencapaian tersebut, Yandri menyampaikan apresiasinya kepada seluruh penyelenggara dan pihak terkait yang menyukseskan pelaksanaan ibadah haji tahun ini.
“Saya mau apresiasi, haji tahun ini jauh lebih baik dibanding haji tahun lalu,” terangnya.
Soal menurunnya angka rawat jemaah pada periode puncak haji juga ditegaskan oleh Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) Haji Kemenkes, Liliek Merhaendro Susilo.
Menurutnya, jemaah haji yang sakit pada tahun ini juga cenderung menurun dibandingkan tahun lalu. Indikatornya adalah bed yang disediakan di Pusat Kesehatan Mina tidak semuanya terpakai.
“Artinya jamaah sakit tidak banyak. Dari 20 bed yang disediakan, 5 bed nganggur itu,” katanya.
Ia menyebutkan, ketersedian obat masih banyak. Dari 100 persen kapasitas yang dibawa, belum 50 persennya terpakai. Sehingga, stok obat sampai sekarang masih banyak.
Liliek melihat mayoritas jemaah haji Indonesia dalam kondisi sehat selama musim haji tahun ini. Salah satu faktor penyebabnya adalah kebijakan murur yang diterapkan pemerintah untuk pertama kali. Dampaknya, jemaah risiko tinggi, lanjut usia, dan disabilitas, terlayani dan tidak terlalu mengalami kelelahan.
“Murur dampaknya luar biasa. Dengan Murur itu indikatornya kalau kita secara logika saja, di pos kesehatan Mina juga nggak begitu banyak yang sakit,” tandasnya.