SerambiMuslim.com — Militer Israel melakukan seragan udara yang sangat mematikan. Bombardir tentara Israel membuat sebuah kamp tenda di Rafah mengalami kebakaran. Sebanyak 45 orang meninggal dunia pada 26-27 Mei 2024 kemarin.
Israel kembali menghajar distrik Tel al-Sultan di barat Rafah. 16 orang menjadi korban tewas. Rabu, 29 Mei 2024, serangan udara Israel lagi-lagi menyebabkan 37 orang tewas. Korban dilaporkan sedang berlindung di bawah tenda-tenda di Rafah.
Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, berkilah amunisi yang dilepaskan pihaknya tidak mungkin bisa memunculkan kebakaran sedemikian hebat. Katanya, ada gudang senjata yang memicu peristiwa itu.
“Amunisi kami saja tidak mungkin bisa memicu kebakaran sebesar ini. Saya ingin mengulanginya – amunisi kami saja tidak akan bisa menyulut api sebesar ini,” ucap Hagari.
Rafah dikenal sebagai jalur perbatasan dari kawasan Jalur Gaza, Palestina, menuju Mesir. Pihak berwenang Mesir selama ini mengendalikan perbatasan Rafah. Perbatasan ini begitu sangat penting bagi Palestina lantaran menjadi satu-satunya yang tidak dikontrol Israel.
Mengutip laman NPR, selama ini Mesir sering menutup perbatasan Rafah. Akibatnya, Gaza menjadi semakin terisolasi lantaran sudah mengalami blokade darat, laut, dan udara yang dilakukan Israel sejak 2007.
Sejak perang Israel-Hamas yang meletus mulai 7 Oktober 2023, Rafah lalu menjadi pusat masuknya distribusi bantuan dari luar negeri. Lokasi yang sekaligus berperan sebagai pintu keluar demi meninggalkan Jalur Gaza.
Namun demikian, proses masuknya bantuan maupun keluar dari Jalur Gaza dinilai sangat sulit ketika melewati Rafah.
“Sebelum perang dimulai, 100 truk mengirimkan bantuan ke jalur itu setiap hari, dan ini terjadi sebelum Gaza dibombardir terus-menerus, sebelum lebih dari separuh penduduknya mengungsi,” ungkap Juliette Touma, Direktur Komunikasi United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) atau Lembaga Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina.
Rafah juga berperan sangat penting dalam mengevakuasi warga Gaza maupun non Palestina. Di antaranya menjadi pintu keluar korban luka maupun pemegang paspor asing yang ingin segera keluar dari Gaza.
Bahkan, Reuters melaporkan Qatar sempat melakukan mediasi antara Mesir, Israel, dan Hamas, termasuk Amerika Serikat, guna evakuasi dalam skala terbatas.
Pada 1 November 2023, untuk pertama kali sejak perang Israel-Hamas, perbatasan Rafah dipakai sebagai lokasi evakuasi pengungsi yang terluka dan diikuti pemegang paspor asing.
Setidaknya hingga 7 Mei 2024, Israel dikatakan tidak secara langsung mengontrol kawasan perbatasan tersebut. Akan tetapi, mereka masih tetap memantau kondisi dari pangkalan militer yang terletak di Kerem Shalom.