SerambiMuslim.com– Seorang pemudik dari Malaysia tiba di Terminal Penumpang Pelabuhan Pelindo Dumai, Riau, Kamis (20/3/2025), membawa serta kerinduan akan kampung halaman dan perayaan Idul Fitri. Momentum tahunan ini dirayakan umat Islam di seluruh dunia dengan penuh suka cita. Namun, lebih dari sekadar ajang silaturahmi atau santapan khas Lebaran, Idul Fitri menyimpan makna spiritual yang dalam.
Sering dijuluki sebagai “Hari Kemenangan,” Idul Fitri menandai berakhirnya ibadah puasa Ramadhan—ibadah yang penuh tantangan fisik dan spiritual. Pertanyaannya, kemenangan seperti apa yang dirayakan umat Muslim setiap 1 Syawal
Kemenangan Spiritual Usai Ramadhan
Sepanjang bulan Ramadhan, umat Islam ditempa melalui serangkaian ibadah: menahan lapar dan haus, mengekang hawa nafsu, menjaga lisan, serta memperbanyak amal ibadah. Maka, Idul Fitri menjadi simbol keberhasilan menjalani proses penyucian diri dan penguatan iman.
Seperti yang disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 183:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menegaskan bahwa puasa bukan sekadar kewajiban ritual, melainkan sarana mencapai derajat takwa. Dengan demikian, Idul Fitri merupakan perayaan spiritual atas keberhasilan dalam menggapai tujuan tersebut.
Lima Makna Utama Kemenangan di Hari Idul Fitri
Berdasarkan kajian dari sejumlah ulama, cendekiawan Muslim, serta referensi keagamaan, berikut adalah lima makna utama di balik sebutan “Hari Kemenangan” dalam konteks Idul Fitri:
1. Kemenangan atas Hawa Nafsu
Selama Ramadhan, umat Islam berlatih menahan berbagai keinginan duniawi. Tidak hanya menahan makan dan minum, tetapi juga menahan amarah, menjaga ucapan, serta memperbaiki akhlak.
“Idul Fitri adalah selebrasi bagi mereka yang menang melawan dirinya sendiri,” ujar Ustadz Ahmad Rofi’i, pengasuh pesantren di Yogyakarta, dalam wawancara dengan ANTARA.
2. Kemenangan dalam Ketaatan kepada Allah SWT
Ibadah puasa merupakan wujud nyata ketaatan dan penghambaan kepada Allah. Mereka yang menyelesaikannya dengan ikhlas telah menunjukkan komitmen spiritual yang tinggi.
“Idul Fitri adalah bentuk pengakuan spiritual bahwa kita sanggup menjawab perintah Allah dengan penuh kesungguhan,” tambah Ustadz Rofi’i.
3. Kembali ke Fitrah yang Suci
Kata “fitri” bermakna kembali ke kesucian. Dalam tradisi Islam, orang yang berpuasa dengan keimanan dan keikhlasan akan diampuni dosanya, laksana bayi yang baru lahir.
Menurut hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
4. Kemenangan dalam Menjalin Silaturahmi
Idul Fitri menjadi waktu yang tepat untuk saling memaafkan. Tradisi ini melambangkan kemenangan atas ego, dendam, dan konflik yang merusak hubungan sosial.
“Setiap Lebaran, kita kembali belajar menjadi manusia—yang rendah hati dan berbesar hati,” kata Dr. Nur Aini, sosiolog Universitas Indonesia, saat dihubungi via telepon.
5. Kemenangan dalam Berbagi kepada Sesama
Zakat fitrah yang diwajibkan jelang Idul Fitri menunjukkan semangat berbagi dan kepedulian sosial. Tujuannya adalah agar seluruh umat, termasuk yang kurang mampu, bisa ikut merayakan hari kemenangan.
Data dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) tahun 2024 menunjukkan, zakat fitrah yang terkumpul secara nasional mencapai Rp5,3 triliun—naik 11% dari tahun sebelumnya. Dana tersebut digunakan untuk membantu jutaan penerima manfaat menjelang hari raya.
Idul Fitri bukan sekadar pesta kemenangan, melainkan juga refleksi atas perjalanan spiritual selama sebulan penuh. Kemenangan yang dirayakan adalah kemenangan jiwa diantaranya mengalahkan hawa nafsu, mendekat kepada Tuhan, dan memanusiakan sesama. Maka, pantaslah jika umat Islam menyambutnya dengan takbir, syukur, dan senyum damai.