SERAMBIMUSLIM.COM — Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah berkomitmen terus mendukung kemerdekaan Palestina.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Fahrurrozi Burhan menyampaikan NU tetap konsisten membela kemerdekaan Palestina. Tak hanya baru-baru ini, bahkan dia menyebut sejak sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, NU telah menyatakan sikap pembelaan tersebut.
Hal ini disampaikannya dalam Forum Ukhuwah Islamiyah dengan tajuk “Ukhuwah Islamiyah dalam Polemik Afiliasi Israel”. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Komisi Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Hotel Santika Premiere Slipi Jakarta, Rabu, (31/07) lalu.
“Konsistensi NU membela Palestina bukan sejak kemarin sore, tapi sudah dimulai dari sebelum kemerdekaan bangsa ini. Buktinya dapat dilihat dari kliping majalah di Museum NU yang memuat fatwa Kiai Hasyim Asy’ari pada majalah berita Nahdlatul Ulama edisi 22 tahun ke-7, 15 september 1938,” ungkap Kiai Ahmad.
Sikap yang ditunjukkan NU tersebut, kala itu belum dilakukan oleh ormas-ormas lain yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, dia sangat menyayangkan menyebarnya narasi underestimate yang menyebut NU merupakan pendukung Israel. Narasi yang mengarah pada tuduhan ini disebabkan dengan kepergian 5 orang Nahdliyin ke Israel beberapa waktu lalu.
“Ada tokoh yang terang-terangan yang bilang ini hikmah 5 pemuda yang berangkat ke NU agar masyarakat tahu ada ormas yang abal-abal. Di sini juga NU dituduh sebagai pendukung Israel, padahal sebelum ormas-ormas lain memberikan dukungan pada Palestina, kami sudah terlebih dahulu menyatakan sikap,” tegasnya.
Ketua PBNU juga mengimbau jangan sampai masyarakat terbawa akan narasi buruk dan bersifat adu domba tersebut. Dia menyampaikan persatuan dan persaudaraan dengan saling komitmen mendukung Palestina harus dijaga bersama.
Langkah konkret lain yang dilakukan PBNU dalam barisan pembela Palestina adalah dengan mengeluarkan larangan untuk bekerja sama dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang terafiliasi oleh Israel. Sebab, umum diketahui bahwa beberapa kerja sama Israel dengan banyak negara adalah melalui tangan ketiga yaitu LSM dari Amerika Serikat.
“Jadi sebetulnya banyak LSM dan ormas Islam di Indonesia ini banyak yang bekerja Israel tapi lewat Amerika. Hal ini justru telah menjadi perhatian NU sejak bulan September 2021 dengan keluarnya larangan resmi bekerja sama tadi,” kata dia.
Di kegiatan yang sama, Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah, Imam Addaruqutni, menyebut dukungan dunia terhadap warga Palestina belakangan kian besar. Dia menyebut hal tersebut sebagai solidaritas global.
Termasuk di dalamnya, kata dia, tampak dari rumusan fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 83 tahun 2024 yang memiliki spirit solidaritas kemerdekaan umat Islam.
“Jadi semangat pada fatwa ini adalah pro pada againts humanity jadi pro pada perlawanan anti kemanisiaan,” katanya.
Dalam forum tersebut dia menyampaikan, bahwa Israel saat ini sudah mengalami apa yang disebut dengan diaspora. Pemaknaannya tidak lagi Israel dalam konteks teologis, tetapi pemaknaan yang politis.
Jadi dalam konteks ini, lanjutnya, Israel yang menjajah Plestina saat ini bukanlah Bani Israel sebagimana disebutkan dalam Alquran. Israel saat ini adalah suatu rumusan politik sebagai suatu kelompok zionis.
“Jadi Israel terjadi diaspora dan itu benar. Jadi kembali ke situ, lewat suatu rumusan politik yang kemudia ini tidak bisa disebut lagi sebagai Isreal dalam pengertian teologis, tetapi berkaitan dengan politik,” ucapnya.
Jadi, menurut dia, perlawanan yang telah diberikan oleh bangsa-bangsa di dunia merupakan solidaritas global yang selayaknya terus ditingkatkan.
Dia menjelaskan bahwa antara Israel dan Israel adalah beda. Israel yang saat ini melakukan kekejaman-kekejaman kemanusiaan itu adalah adalah suatu gerakan dan identitas politik.
“Sebenarnya, memang ada suatu tanah yang diwariskan kepada bani Israel tapi bukan untuk melakukan kekejaman, tetapi untuk melakukan kebaikan, tetapi mereka mengingkari juga,” kata Imam menjelaskan.
Pidato ini disampaikan langsung dalam kegiatan Forum Ukhuwah Islamiyah yang digelar Komisi Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia. Kegiatan ini melibatkan para pimpinan berbagai organisasi kegamaan di Indonesia.