Berita  

Pameran Batik Bernuansa Islami di Museum Pekalongan

koleksi batik bernapaskan Islam, (int)

SerambiMuslim.com–Menyambut bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah, Museum Batik Pekalongan di Jawa Tengah menggelar pameran spesial bertajuk “Jejak Islam dalam Batik”, yang menampilkan koleksi-koleksi batik bernuansa Islami. Pameran ini menjadi bagian dari upaya edukatif sekaligus spiritual yang ditujukan untuk memperkenalkan nilai-nilai Islam yang telah lama terpatri dalam sejarah perkembangan batik di Indonesia.

Kepala Museum Batik Kota Pekalongan, Nurhayati Sinaga, menjelaskan bahwa koleksi batik bernuansa Islami memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan motif-motif batik pada umumnya. Keunikan tersebut terletak pada tidak digunakannya representasi makhluk hidup seperti manusia atau hewan, karena menyesuaikan dengan prinsip seni dalam Islam yang menghindari penggambaran makhluk bernyawa.

“Pameran ini menampilkan koleksi batik dengan corak dan filosofi Islami yang kuat, di antaranya motif Jlamprang, Basurek, dan Rifaiyah,” jelas Nurhayati saat ditemui di Museum Batik, Rabu (12/3/2025).

Menurutnya, batik Jlamprang dikenal dengan pola geometrisnya yang teratur dan simetris, mencerminkan konsep kesatuan dan keteraturan dalam semesta, yang selaras dengan ajaran Islam. Sementara itu, Batik Basurek merupakan batik khas Bengkulu yang sarat akan unsur kaligrafi Arab dan bahkan mengandung ayat-ayat suci Al-Qur’an, menjadikannya sebagai salah satu wujud ekspresi keislaman dalam seni tekstil.

Sedangkan batik Rifaiyah, yang berasal dari komunitas pengikut tarekat Rifaiyah di Batang, Jawa Tengah, menyuarakan ajaran dan prinsip spiritual yang dalam, sebagaimana diajarkan oleh Syekh Ahmad Rifai. Motif-motif Rifaiyah biasanya diisi dengan simbol-simbol alam dan bentuk abstrak yang mencerminkan nilai-nilai ketauhidan serta kehidupan sederhana yang menjadi ajaran pokok tarekat tersebut.

“Ciri khas batik bermotif bernapas Islam ini tidak terdapat motif yang menggambarkan makhluk hidup,” lanjut Nurhayati.

Ia menambahkan bahwa pameran ini juga dirancang sebagai ruang kontemplasi dan refleksi spiritual, selaras dengan nuansa Ramadhan yang penuh keheningan dan penghayatan. Untuk mendalami lebih jauh makna dan sejarah batik Islami ini, pihak museum juga akan menggelar kajian khusus yang terbuka untuk umum. Kajian tersebut akan menghadirkan narasumber dari kalangan budayawan, sejarawan, dan ahli batik guna membahas dimensi filosofis serta perkembangan historis batik bercorak Islam di Indonesia.

“Kami mengundang masyarakat untuk berkunjung dan menikmati suasana Ramadhan melalui koleksi batik yang penuh makna ini. Koleksi ini telah disiapkan khusus dengan konsep Islami yang sejuk dan menenangkan, sekaligus bisa menjadi sarana berkontemplasi dan merenungi nilai-nilai keimanan,” tuturnya.

Sebagai informasi, Museum Batik Pekalongan akan tetap beroperasi penuh selama bulan Ramadhan, dengan jam kunjung dari hari Senin hingga Minggu, pukul 08.30 WIB hingga 14.30 WIB. Museum juga menyediakan layanan edukatif untuk rombongan pelajar dan pengunjung umum yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah dan makna simbolik dalam setiap motif batik yang dipamerkan.

Nurhayati menegaskan bahwa pameran ini tidak hanya mengedepankan sisi estetika dari batik, tetapi juga ingin mengajak masyarakat mengenal warisan budaya yang sarat dengan nilai-nilai spiritual, kearifan lokal, dan semangat toleransi yang menjadi bagian dari wajah Islam di Nusantara.

“Kami mengajak masyarakat datang ke museum dan mengenal lebih dalam jejak Islam dalam batik. Pameran ini bukan hanya sekadar tentang keindahan kain batik saja, namun juga tentang warisan budaya yang kaya akan nilai spiritual,” tegasnya.

Sebagai kota yang mendapat julukan “Kota Batik Dunia” dari UNESCO pada tahun 2009, Pekalongan terus berupaya menjaga dan mengembangkan kekayaan warisan budaya batik. Pameran ini menjadi bukti nyata bahwa batik tidak hanya sekadar busana tradisional, melainkan juga media dakwah, ekspresi budaya, serta simbol spiritualitas masyarakat Muslim Indonesia sejak berabad-abad silam.

Pameran “Jejak Islam dalam Batik” diharapkan dapat memperkaya pemahaman publik terhadap keberagaman motif batik sekaligus memperkuat hubungan antara seni dan nilai-nilai keagamaan. Pengunjung juga diimbau untuk tetap menjaga ketertiban dan kenyamanan selama kunjungan, serta dapat berpartisipasi aktif dalam dialog kebudayaan yang dibuka oleh pihak museum selama bulan suci ini.