SerambiMuslim.com– Pengajian Ramadhan 1446 H yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sleman pada Sabtu (22/3), bertempat di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, menjadi momentum penting untuk memperkuat pemahaman warga Muhammadiyah terhadap dokumen strategis Risalah Islam Berkemajuan (RIB).
Acara ini turut dihadiri oleh Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, dan Wakil Bupati Danang Maharsa, serta menghadirkan Bendahara Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr. Hilman Latief, M.A., Ph.D., sebagai narasumber utama. Dalam pemaparannya, Hilman menyoroti pentingnya internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam dokumen RIB yang dihasilkan dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta pada tahun 2022 lalu.
Hilman mempertanyakan sejauh mana warga Muhammadiyah telah membaca dan memahami dokumen tersebut.
“Apakah sudah baca Risalah Islam Berkemajuan? Kalau belum baca, nanti pengajian itu tidak ada salahnya membahas dokumen ini di luar Ramadhan. Tetapi, kita berorganisasi di Persyarikatan Muhammadiyah, rujukan utama itu adalah hasil putusan Muktamar. Isinya bagus sekali, cuma yang baca sedikit,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa PP Muhammadiyah telah menyusun dokumen ini sedemikian rupa agar mudah dipahami dan dapat diimplementasikan secara sistematis dalam rentang lima tahun.
“Dari dokumen itu, kemudian disistematisasi agar lima tahun bisa kita tunaikan,” imbuhnya.
Hilman menguraikan empat substansi utama yang terkandung dalam RIB, yaitu:
Islam sebagai Gerakan Dakwah
Muhammadiyah, menurut Hilman, adalah gerakan dakwah yang membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Semua unsur dalam Muhammadiyah, termasuk ‘Aisyiyah, Ortom, dan Amal Usaha Muhammadiyah, wajib menjadikan dakwah sebagai napas perjuangan.
“Siapa pun kita, Muhammadiyah-Aisyiyah, Ortom, Amal Usaha Muhammadiyah, tidak boleh lepas dari semangat dakwah,” tegasnya.
Keberhasilan dakwah, menurut Hilman, ditentukan oleh dua hal: penting dan menarik. Ia menilai dakwah Muhammadiyah diterima karena pendekatannya yang khas dan terstruktur.
“Memang harus begitu,” ujarnya. “Syiarnya harus kita gencarkan,” lanjut Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI tersebut.
Islam sebagai Gerakan Tajdid (Pembaruan)
RIB menempatkan tajdid sebagai pilar utama gerakan Islam. Muhammadiyah, sejak awal berdirinya, membawa semangat pembaruan untuk menghadirkan solusi atas persoalan umat.
“Mencari sesuatu yang baru untuk solusi-solusi yang harus kita berikan. Ini tantangan buat kita,” jelasnya.
Dalam konteks pendidikan, Hilman menekankan pentingnya pembaruan sistem dan mutu pendidikan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah agar tetap unggul dan relevan.
“Banyak yang baru, sementara kita tidak mau memperbarui. Muhammadiyah saat ini, ditantang untuk dapat melakukan pembaruan,” ujarnya.
Islam sebagai Gerakan Ilmu
Hilman menyambungkan tajdid dengan pentingnya penguasaan ilmu. Ilmu, katanya, harus terus diperbarui agar mampu menjawab tantangan zaman.
“Ilmu perlu diperbarui, seiring berjalannya zaman. Karena ilmu adalah basis dari langkah kita,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa ribuan lembaga pendidikan yang didirikan Muhammadiyah merupakan manifestasi nyata dari komitmen terhadap ilmu pengetahuan.
Islam sebagai Gerakan Amal
Terakhir, RIB menegaskan bahwa Islam adalah gerakan amal. Muhammadiyah, kata Hilman, tidak hanya aktif dalam dakwah, tajdid, dan ilmu, tetapi juga sangat kuat dalam kerja-kerja sosial dan kemanusiaan.
“Aksi sosialnya tidak pernah berhenti. Terus berjalan. Inilah yang harus dirumuskan bagaimana dakwah, tajdid, ilmu, dan amal itu terus bisa kita pegang menjadi sandaran di dalam berorganisasi,” tandasnya.