Sikap Qanaah dalam Menerima Takdir Allah

sifat Qanaah dalam islam. (int)

Serambimuslim.com–  Qanaah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Allah, serta menjauhkan diri dari rasa tidak puas dan perasaan kurang.

Dalam bahasa sederhana, qanaah berarti merasa puas dengan apa yang dimiliki, dan menerima segala yang telah diatur oleh Allah dengan lapang dada.

Seseorang yang memiliki sifat qanaah tidak akan mudah terbawa oleh keinginan duniawi yang tak terhingga.

Mereka akan merasa cukup dengan apa yang ada, dan meyakini bahwa apa yang diperoleh adalah bagian dari kehendak Allah yang terbaik bagi dirinya.

Sifat qanaah ini sangat erat kaitannya dengan ketenangan batin dan kebahagiaan sejati, karena orang yang qanaah tidak mudah terganggu oleh tuntutan hidup yang terus berkembang dan keinginan-keinginan yang tidak ada habisnya.

Mereka lebih fokus pada rasa syukur, bahkan dalam kondisi yang tidak sesuai harapan.

Sebagai contoh, jika seorang PNS menerima insentif yang naik dari Rp 3,5 juta menjadi Rp 10 juta, mereka akan bersyukur.

Namun, jika suatu saat insentif tersebut turun menjadi Rp 5 juta, mereka tetap bersyukur, karena mereka meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah menjadi ketetapan dari Allah.

Tentu saja, sifat qanaah ini tidak mudah, terutama di tengah godaan kehidupan yang serba materialistis dan konsumtif.

Namun, inilah salah satu keutamaan sifat qanaah. Qanaah akan menyebabkan seseorang lebih mudah bersyukur dan lebih mampu melihat nikmat dalam segala situasi, baik ketika rezekinya bertambah atau berkurang.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran tentang pentingnya bersyukur:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’” (QS Ibrahim [14]: 7)

“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS An-Nisa [4]: 147)

Dalam dua ayat ini, Allah menegaskan bahwa syukur adalah kunci untuk mendapatkan tambahan nikmat, dan jika kita tidak bersyukur, maka kita justru akan mendatangkan azab.

Ayat-ayat ini mengajarkan kita bahwa kehidupan yang penuh dengan rasa syukur akan mendatangkan kedamaian dan rezeki yang berlimpah.

Sifat tidak qanaah atau tidak merasa cukup, sering kali menjadi akar masalah dalam kehidupan. Salah satu contoh nyata yang menunjukkan betapa pentingnya sifat qanaah adalah kisah seorang pejabat negara yang terlibat dalam kasus suap.

Pejabat tersebut memiliki penghasilan lebih dari Rp 134 juta per bulan, dan kekayaan pribadinya mencapai lebih dari Rp 30 miliar.

Namun, meskipun sudah memiliki banyak kekayaan, dia tidak merasa cukup. Suatu ketika, dia terperangkap dalam operasi tangkap tangan (OTT) dengan kasus suap yang bernilai “hanya” Rp 100 juta.

Jika dilihat dari penghasilannya yang besar, seharusnya uang Rp 100 juta bukanlah sesuatu yang sangat penting baginya.

Namun, karena tidak merasa cukup, ia tetap terjebak dalam perilaku korupsi yang pada akhirnya merugikan banyak orang.

Inilah akibat dari tidak memiliki sifat qanaah—keinginan untuk terus menambah harta, bahkan dengan cara yang tidak benar, tidak ada habisnya dan berisiko besar.

Menurut para ulama, qanaah memiliki dua fungsi utama yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim.

1. Stabilisator:
Sifat qanaah berfungsi sebagai penstabil dalam hidup. Seorang Muslim yang memiliki sifat qanaah akan merasa lapang dada, hati tenteram, dan merasa cukup dengan apa yang telah dimilikinya.

Mereka akan merasa kaya meskipun mungkin secara materi tidak begitu banyak harta yang dimiliki.

Dengan memiliki sifat ini, seseorang bebas dari keserakahan dan tidak mudah terpengaruh oleh hawa nafsu atau tekanan sosial yang menginginkan lebih dan lebih.

Ketika seseorang merasa cukup, ia akan lebih bahagia dengan apa yang ada, dan tidak terjebak dalam perbandingan sosial yang terus menerus.

2. Dinamisator:
Sifat qanaah juga berfungsi sebagai kekuatan batin yang mendorong seseorang untuk meraih kesuksesan hidup berdasarkan kemandirian dan usaha yang jujur, dengan tetap mengandalkan karunia Allah.

Seseorang yang memiliki sifat qanaah tidak akan terjebak dalam kebiasaan menunggu rezeki datang dengan mudah, tetapi mereka juga tidak akan lupa untuk bersyukur dan merasa cukup dengan apa yang sudah diberikan.

Mereka berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh rezeki, namun tetap merasa cukup dan tidak serakah. Ini adalah keseimbangan antara usaha manusia dan tawakal kepada Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali merasa kurang, bahkan dalam kondisi yang sebenarnya sudah lebih dari cukup.

Ini adalah sifat yang wajar dimiliki manusia, namun jika dibiarkan terus-menerus, akan menjerumuskan seseorang pada ketidakpuasan dan keinginan yang tak terbatas.

Dengan memiliki sifat qanaah, seseorang akan terbebas dari kecemasan yang berlebihan dan akan lebih fokus pada rasa syukur terhadap apa yang telah dimilikinya.

Hal ini pada akhirnya akan membentuk kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup, yang tidak bisa dibeli dengan uang atau materi apapun.

Sifat qanaah mengajarkan kita untuk menumbuhkan rasa syukur yang mendalam, karena Allah telah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan hanya apa yang kita inginkan.

Dengan demikian, orang yang qanaah akan selalu merasa cukup dan tidak terjebak dalam jeratan hawa nafsu yang membawa kehancuran.