Serambimuslim.com– Suatu ketika, Nabi Muhammad SAW menugaskan Abu Hurairah untuk menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan.
Pada saat itu, harta zakat disimpan dengan aman untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Dalam menjalankan tugas ini, Abu Hurairah harus menjaga agar tidak ada pihak yang salah mengambilnya.
Namun, suatu kejadian tak terduga terjadi yang menguji kejujuran dan keteguhan hatinya dalam menjalankan amanah tersebut.
Dikutip dari buku 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW karya Fuad Abdurahman, suatu hari datang seorang lelaki yang kelaparan dan langsung mengambil makanan dari tempat penyimpanan zakat.
Melihat hal itu, Abu Hurairah yang saat itu bertugas segera menangkap orang tersebut dan dengan tegas berkata, “Sungguh, aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah!”
Namun, lelaki tersebut dengan cepat menjawab, “Tapi, aku sangat membutuhkan makanan ini. Aku punya tanggungan keluarga yang kelaparan.”
Mendengar keluhan yang penuh dengan rasa kesulitan tersebut, hati Abu Hurairah pun merasa tergerak. Ia merasa kasihan kepada lelaki itu dan akhirnya membiarkannya mengambil makanan dan pergi begitu saja tanpa melaporkan kejadian tersebut.
Namun, keesokan harinya, Nabi Muhammad SAW bertanya kepada Abu Hurairah, “Hai Abu Hurairah, apa yang kamu lakukan kepada orang yang datang tadi malam?”
Abu Hurairah menjawab dengan jujur, “Wahai Rasulullah, orang itu mengeluhkan kebutuhan dan tanggungan keluarganya. Aku merasa kasihan, sehingga aku membiarkannya mengambil makanan dan pergi begitu saja.”
Nabi Muhammad SAW kemudian berkata dengan bijaksana, “Ketahuilah, ia berdusta dan akan kembali lagi.”
Mendengar hal itu, Abu Hurairah merasa terkejut, namun Nabi SAW memberinya nasihat yang berharga.
Nabi SAW menyampaikan bahwa orang tersebut akan kembali lagi untuk kedua kalinya, meskipun ia mengaku dalam keadaan membutuhkan. Abu Hurairah pun mengambil pelajaran dan bersiap untuk berjaga lebih hati-hati.
Keesokan malamnya, seperti yang telah diprediksi oleh Nabi Muhammad SAW, orang tersebut kembali lagi dan mengambil makanan dari tempat penyimpanan zakat.
Abu Hurairah langsung menegurnya dan berkata, “Biarkan aku melaporkanmu kepada Rasulullah!”
Namun, lelaki itu kembali berkata dengan penuh keluh kesah, “Biarkan aku mengambil makanan ini. Sungguh, aku sangat membutuhkannya. Aku punya tanggungan keluarga. Setelah malam ini, aku tidak akan kembali lagi.”
Meskipun sudah diberikan peringatan tegas, Abu Hurairah kembali merasa iba dan membiarkannya pergi.
Keesokan harinya, Nabi Muhammad SAW kembali menanyakan apa yang terjadi malam sebelumnya. Abu Hurairah dengan jujur menceritakan kejadian tersebut.
Nabi SAW kembali menegaskan bahwa orang tersebut berdusta dan akan datang kembali pada malam ketiga.
Dan memang, pada malam ketiga, orang yang sama datang lagi untuk mengambil makanan dari tempat penyimpanan zakat.
Kali ini, Abu Hurairah tidak lagi merasa kasihan dan memberikan teguran yang lebih keras, “Sungguh, aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah! Ini peringatan terakhir! Kau bilang tidak akan kembali lagi, tetapi ternyata kau datang lagi!”
Orang tersebut pun mencoba membujuk Abu Hurairah dengan berkata, “Biarkan aku memberitahukan kepadamu beberapa kata yang dengannya Allah akan memberimu manfaat. Jika kau akan tidur, bacalah ayat kursi. Maka, Allah akan memeliharamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.”
Meskipun kata-kata orang itu terdengar baik, Abu Hurairah akhirnya membiarkannya pergi sekali lagi. Pagi harinya, ia segera melaporkan kejadian itu kepada Rasulullah SAW.
Nabi Muhammad SAW kemudian bertanya kepada Abu Hurairah, “Tahukah engkau siapa yang berbicara kepadamu sejak tiga malam yang lalu?”
Abu Hurairah menjawab dengan penuh kebingungan, “Tidak, wahai Rasulullah.”
Rasulullah SAW kemudian berkata dengan tegas, “Ia adalah setan.”
Kisah ini mengajarkan kita banyak hal, salah satunya adalah tentang ujian yang diberikan Allah SWT dalam bentuk cobaan dan godaan.
Orang yang datang tiga kali dan mengaku sangat membutuhkan makanan zakat tersebut ternyata adalah setan yang menyamar dalam bentuk manusia.
Setan berusaha menggoda Abu Hurairah dengan alasan-alasan yang memanfaatkan rasa kasihan dan empati seorang hamba.
Namun, meskipun Abu Hurairah merasa iba, ia tetap melaksanakan tugasnya dengan penuh amanah dan kehati-hatian.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi di mana kita harus membuat keputusan yang bijak antara rasa kasihan dan prinsip yang benar.
Keputusan Abu Hurairah untuk menegur dan melaporkan orang tersebut kepada Nabi SAW adalah contoh teladan bagaimana kita harus tetap teguh pada nilai-nilai kebenaran, meskipun datang banyak alasan yang menggoda.
Selain itu, kisah ini juga mengingatkan kita bahwa kita harus waspada terhadap tipu daya setan yang sering kali menyusup dalam bentuk yang tidak kita duga.
Setan menggunakan berbagai cara untuk mempengaruhi hati dan pikiran kita, tetapi jika kita bersikap hati-hati dan mengikuti petunjuk yang benar, kita akan dapat menghindari godaan tersebut.
Akhirnya, melalui cerita ini, kita belajar bahwa meskipun kita dituntut untuk berbuat baik, kita juga harus bijaksana dalam menyikapi setiap situasi, agar kita tidak terperangkap dalam tipu daya yang bersembunyi di balik kebaikan yang tampaknya tulus.