Serambimuslim.com– Imam Ahmad bin Hanbal adalah salah satu ulama besar yang sangat dihormati dalam dunia Islam.
Beliau dikenal sebagai seorang yang sangat berprinsip, teguh dalam menjaga ajaran agama, serta memiliki akhlak yang mulia.
Imam Ahmad bin Hanbal adalah pendiri mazhab Hanbali, yang sampai sekarang diikuti oleh banyak umat Islam.
Keteguhan dalam berpegang pada sunnah Nabi Muhammad SAW dan pengabdiannya terhadap ilmu agama menjadikannya salah satu tokoh yang dicintai oleh umat Islam dari berbagai penjuru dunia.
Suatu pagi yang cerah, di Masjid besar tempat Imam Ahmad bin Hanbal biasa mengajar, beliau sedang duduk di hadapan murid-muridnya.
Para muridnya dengan tekun menyimak setiap perkataan yang keluar dari beliau, yang selalu penuh dengan hikmah dan petuah yang bermanfaat.
Tiba-tiba, seorang pengemis datang mendekat kepada Imam Ahmad. Pengemis tersebut tampak sangat sederhana, mengenakan pakaian yang lusuh dan membawa tanda-tanda kehidupan yang sulit.
Namun, pengemis ini tidak datang untuk meminta banyak hal dari Imam Ahmad bin Hanbal. Ia hanya mendekat dan meminta sepotong roti yang sedang dimakan oleh Imam Ahmad.
Dengan penuh kasih sayang, Imam Ahmad bin Hanbal memberikan sepotong roti tersebut kepada pengemis tersebut. Sebuah tindakan yang sederhana, namun sangat mulia dan penuh makna.
Imam Ahmad bin Hanbal tidak hanya memberikan roti, tetapi juga memberikan ketulusan hati. Setelah itu, salah seorang muridnya yang menyaksikan kejadian itu merasa keberatan.
Murid tersebut kemudian menghampiri pengemis itu dan berkata, “Berikan roti itu kepadaku, aku akan menggantinya dengan yang lain.”
Namun, pengemis tersebut menolak dengan tegas, “Tidak mau,” katanya.
Murid Imam Ahmad bin Hanbal yang merasa heran pun kembali berkata, “Roti itu tidak senilai satu dirham.”
Maksudnya, sepotong roti yang diberikan kepada pengemis itu sebenarnya tidaklah bernilai banyak. Namun, pengemis tersebut tetap bertahan pada keputusannya dan menolak untuk menyerahkan roti tersebut.
Sang murid tidak menyerah begitu saja dan melanjutkan tawarannya, “Aku akan memberimu lima puluh dirham!”
Namun, pengemis itu tetap menolak untuk menyerahkan roti yang diberikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal kepadanya.
Ia menjawab dengan penuh kebijaksanaan, “Aku mengharapkan berkah darinya (Imam Ahmad bin Hanbal), sama seperti kamu yang juga mengharapkan berkah darinya.”
Pengemis tersebut dengan bijak menyatakan bahwa dia tidak hanya menginginkan sepotong roti atau uang, tetapi lebih dari itu, dia menginginkan berkah yang datang dari Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ulama yang sangat dihormati.
Pengemis itu mengerti bahwa berkah yang berasal dari orang yang saleh lebih berharga daripada harta duniawi.
Kisah ini memberikan banyak pelajaran berharga bagi kita semua, terutama tentang nilai keikhlasan, keberkahan, dan kesederhanaan dalam hidup.
Imam Ahmad bin Hanbal menunjukkan kepada kita bagaimana berbagi dengan sesama, tanpa mengharapkan balasan, adalah bentuk pengabdian yang tulus.
Memberikan sesuatu kepada orang yang membutuhkan bukanlah semata-mata soal harta yang diberikan, tetapi juga tentang niat dan ketulusan hati dalam berbagi.
Seperti yang dilakukan oleh Imam Ahmad, memberikan sesuatu dengan ikhlas dan tanpa pamrih adalah salah satu cara untuk mendapatkan berkah yang lebih besar.
Selain itu, sikap pengemis tersebut juga sangat menginspirasi. Meskipun ia hidup dalam kesulitan, pengemis itu tetap tahu apa yang lebih penting bagi dirinya, yaitu berkah dan keberkahan dari orang yang saleh seperti Imam Ahmad bin Hanbal.
Terkadang, harta duniawi tidak dapat menggantikan keberkahan yang datang dari amal saleh dan niat yang tulus. Ini menunjukkan bahwa ada nilai-nilai spiritual yang lebih tinggi dari sekadar materi, dan inilah yang menjadi inti ajaran Islam.
Imam Ahmad bin Hanbal sendiri dikenal sebagai sosok yang sangat menjaga kesederhanaan dan tidak mengutamakan duniawi dalam kehidupannya.
Beliau selalu mengingatkan umat Islam untuk berpegang pada prinsip-prinsip agama, menjaga akhlak, dan berbagi dengan sesama tanpa mengharapkan imbalan.
Kehidupan beliau adalah teladan nyata tentang bagaimana seseorang bisa menjalani hidup dengan penuh keberkahan dan ketulusan.
Kisah ini juga mengingatkan kita akan pentingnya niat dalam setiap perbuatan. Ketika kita berbuat baik, hendaknya kita melakukannya dengan niat yang ikhlas karena Allah, tanpa mengharapkan balasan apapun dari manusia.
Tindakan Imam Ahmad bin Hanbal dan pengemis dalam kisah ini menjadi bukti bahwa berkah yang sejati datang dari ketulusan hati, bukan dari apa yang tampak di permukaan.
Secara keseluruhan, kisah Imam Ahmad bin Hanbal dengan pengemis ini mengajarkan kita tentang banyak hal.
Keikhlasan dalam berbagi, kesederhanaan dalam hidup, dan pentingnya mencari berkah dari orang-orang yang saleh merupakan nilai-nilai yang harus kita pegang teguh dalam kehidupan ini.
Semoga kita bisa meneladani sikap mulia ini dalam setiap langkah hidup kita, dan selalu mengingat bahwa keberkahan tidak selalu terukur dengan materi, tetapi dengan niat yang ikhlas dan amal yang baik.