Hikmah  

Kisah Pemuda Durhaka dan Akibatnya dalam Islam

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. (int)

Serambimuslim.com– Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW menegaskan pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua, baik ayah maupun ibu.

Menghormati, menghargai, dan merawat orang tua merupakan kewajiban seorang anak yang tak bisa ditawar-tawar.

Islam mengajarkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu bentuk amal yang sangat mulia dan mendapat ganjaran yang besar dari Allah.

Bahkan, dalam Al-Quran dan hadis, banyak disebutkan tentang kedudukan orang tua, khususnya ibu, yang harus dihormati dan dicintai.

Salah satu kisah yang menunjukkan pentingnya berbuat baik kepada orang tua adalah kisah seorang pemuda yang kaya raya namun durhaka kepada ayahnya.

Kisah ini menjadi pelajaran berharga tentang akibat dari tidak mengindahkan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Suatu ketika, seorang lelaki tua datang menemui Nabi Muhammad SAW, menceritakan tentang anaknya yang sangat kaya namun selalu mengabaikan dirinya.

Lelaki tua tersebut berkata, “Wahai Rasulullah, anakku berbuat baik kepada semua orang dan mau membantu mereka, namun ia tidak pernah mau membantuku sebagai orang tuanya. Bahkan, ia mengusirku dari rumahnya.”

Mendengar pengaduan tersebut, Nabi Muhammad SAW merasa sangat sedih dan terkejut. Beliau segera mengutus salah seorang sahabat untuk menemui anak tersebut dan menasihatinya agar lebih peduli terhadap orang tuanya.

Namun, pemuda itu tetap tidak mendengarkan nasihat tersebut. Ketika disampaikan bahwa ia memiliki banyak harta, termasuk gudang gandum dan kurma yang melimpah, pemuda itu tetap menyangkal dan berbohong.

Ia bahkan mengatakan bahwa informasi yang disampaikan kepada Rasulullah adalah dusta belaka. Nabi Muhammad SAW, yang mengetahui hati pemuda tersebut, menyadari bahwa nasihatnya tidak akan berhasil karena hati pemuda itu keras bagaikan batu.

Beliau pun memberikan peringatan yang sangat tegas kepada pemuda tersebut: “Berdirilah dan pergilah dari hadapanku. Ingatlah, tidak lama lagi kau akan menyesal, tetapi penyesalanmu itu tidak akan berguna lagi.”

Setelah peringatan tersebut, Nabi Muhammad SAW memerintahkan agar kebutuhan hidup lelaki tua itu dipenuhi dari Baitul Mal, agar ia tidak lagi merasa kesusahan.

Sementara itu, pemuda yang telah mengabaikan ayahnya merasa senang karena ia bisa lepas dari tanggung jawab merawat orang tua.

Namun, beberapa waktu kemudian, kehidupan pemuda itu berubah drastis. Saat ia membuka gudang kurma untuk dijual, ia terkejut karena seluruh isi gudang telah habis dimakan ulat.

Begitu pula dengan gudang gandum yang rusak dan dimakan serangga. Pemuda itu merasa marah dan bingung, namun ia tidak menyadari bahwa semua musibah itu adalah peringatan dari Allah SWT.

Pemuda tersebut masih tidak sadar, meski kerugian yang ia alami sangat besar. Ia terus saja mengabaikan ayahnya dan bahkan tidak berusaha untuk meminta maaf atau memperbaiki kesalahannya.

Beberapa waktu kemudian, pemuda itu jatuh sakit parah. Ia hendak menggunakan uang yang selama ini ia simpan untuk berobat, namun ia kembali terkejut karena uangnya berubah menjadi lempengan tembikar yang tidak berharga.

Kondisi kesehatannya semakin memburuk, dan penyakitnya semakin parah. Ia pun semakin terisolasi karena teman-temannya menjauh akibat penyakit dan kemiskinan yang dideritanya, yang ia dapatkan sebagai akibat dari durhaka kepada orang tua.

Setelah dua tahun menderita, tubuh pemuda itu hanya tersisa kulit dan tulang. Ia berjalan dengan tertatih-tatih, bergantung pada tongkat, dan memohon bantuan dari orang-orang di sekitarnya.

Suatu hari, Nabi Muhammad SAW melihatnya dalam keadaan mengenaskan. Rasulullah SAW menoleh kepada sahabat-sahabatnya dan memberikan nasihat, “Hai orang-orang yang durhaka kepada ayah dan ibunya, lihatlah orang ini. Alih-alih mendapatkan kedudukan mulia di surga, itulah yang ia dapatkan. Ia merasa mampu membeli surga dengan harta dan kedudukannya. Ketahuilah! Sebentar lagi pemuda ini akan meninggal dunia dan masuk Neraka Jahanam.”

Kisah ini adalah peringatan yang sangat jelas tentang betapa besar akibat dari durhaka kepada orang tua. Seorang anak yang tidak berbuat baik kepada orang tuanya, meskipun memiliki kekayaan dan kedudukan yang tinggi, pada akhirnya akan mendapat hukuman yang sangat pedih, baik di dunia maupun di akhirat.

Bahkan, orang tua yang menderita karena anaknya yang durhaka akan mendapat tempat mulia di sisi Allah, sementara anak yang durhaka akan merasakan penyesalan yang tidak ada gunanya.

Allah SWT berfirman dalam surah Luqman ayat 14:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku tempat kembalimu.” (QS Luqman: 14)

Ayat ini menegaskan bahwa berbuat baik kepada orang tua adalah kewajiban yang tidak bisa diabaikan. Ibu, khususnya, telah melewati banyak kesulitan dalam mengandung dan melahirkan kita.

Oleh karena itu, sebagai anak, kita harus menghargai dan berbakti kepada kedua orang tua kita, tidak hanya ketika mereka masih sehat dan kuat, tetapi juga ketika mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang kita.

Jika kita mengabaikan mereka, maka kita akan merugi, baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam ajaran Islam, berbakti kepada orang tua adalah salah satu amal ibadah yang sangat mulia, bahkan lebih utama daripada banyak amal lainnya.

Sebab, berbuat baik kepada orang tua merupakan salah satu jalan menuju keridhaan Allah dan pintu surga yang paling utama.