Hikmah  

Kisah Pengemis Buta dan Nabi Muhammad

Ilustrasi Pengemis. (int)

SerambiMuslim.com– Nabi Muhammad SAW merupakan sosok yang tidak hanya dikenal sebagai pemimpin agama besar, tetapi juga sebagai suri teladan bagi seluruh umat manusia.

Akhlak mulia beliau menjadi pedoman hidup yang dapat diterapkan dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dengan sesama.

Seiring dengan perjalanan hidupnya, banyak sekali kisah dan peristiwa yang menunjukkan betapa tinggi akhlak Nabi Muhammad SAW, yang penuh kasih sayang, kesabaran, dan pengampunan.

Salah satu contoh nyata dari akhlak mulia Nabi Muhammad SAW dapat dilihat dari sikap beliau terhadap seorang pengemis buta yang setiap hari menghina dan mencaci dirinya.

Kisah ini menggambarkan betapa Nabi Muhammad SAW selalu mengedepankan sikap sabar, tidak balas dendam, dan senantiasa berbuat baik meskipun beliau sendiri dihina dan disakiti.

Dikutip dari buku Jubah Kanjeng Nabi: Kisah Menakjubkan Para Ulama yang Berjumpa Nabi karya A. Yusrianto Elga dan Nor Fadhilah, diceritakan bahwa di sudut pasar Madinah, terdapat seorang pengemis buta Yahudi yang setiap hari menghina Nabi Muhammad SAW.

Pengemis tersebut bahkan tidak segan untuk menyebut nama Nabi Muhammad dengan kata-kata yang menyakitkan, menyebutnya sebagai pembohong dan tukang sihir. Selain itu, ia juga sering memperingatkan orang-orang agar berhati-hati terhadap Nabi Muhammad SAW.

Namun, meskipun dihina secara terang-terangan, Nabi Muhammad SAW tidak pernah membalas perlakuan buruk itu. Beliau tidak marah atau merasa tersinggung.

Bahkan, Rasulullah SAW justru meluangkan waktu untuk menyuapi pengemis tersebut setiap pagi, tanpa memberitahukan bahwa dialah orang yang dihina.

Hal ini dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW secara rutin, sebagai bentuk pengorbanan dan kebaikan yang tiada henti.

Ketika Nabi Muhammad SAW wafat, Abu Bakar RA menggantikan posisi beliau dan melanjutkan kebiasaan rutin tersebut. Abu Bakar RA tidak mengetahui siapa pengemis tersebut, hingga suatu ketika, setelah menyuapi pengemis buta itu, sang pengemis bertanya kepada Abu Bakar, “Siapakah engkau?” Abu Bakar menjawab, “Aku orang biasa.”

Namun, pengemis buta itu menyanggah dan berkata, “Bukan. Pasti engkau bukan orang yang biasa mendatangiku. Apabila ia datang, tak usah tangan ini memegang dan tak usah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menghaluskan makanan tersebut terlebih dahulu, kemudian memberikannya padaku.”

Kata-kata si pengemis itu membuat Abu Bakar RA menangis. Beliau pun akhirnya memberitahukan bahwa orang yang biasa menyuapi pengemis tersebut adalah Rasulullah SAW.

Ketika mendengar hal itu, pengemis buta tersebut terkejut dan merasa sangat menyesal. Dia baru menyadari bahwa selama ini dia telah menghina dan memfitnah seorang yang sangat mulia, yang tidak pernah membalas keburukannya, bahkan selalu berbuat baik setiap hari.

“Benarkah demikian?” tanya pengemis itu dengan penuh penyesalan.

“Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikit pun, ia datang kepadaku dengan membawa makanan tiap pagi. Ia begitu mulia.”

Setelah menyadari kebaikan hati Nabi Muhammad SAW, pengemis buta tersebut akhirnya merasa sangat menyesal dan segera mengucapkan syahadat di hadapan Abu Bakar RA. Pengemis itu memeluk Islam, dan menjadi saksi betapa mulianya akhlak Nabi Muhammad SAW.

Kisah ini tidak hanya menunjukkan betapa sabarnya Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi hinaan, tetapi juga betapa besar kasih sayang beliau terhadap umat manusia, bahkan terhadap seseorang yang tidak mengenal dan menghormatinya.

Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa kebaikan dan kesabaran adalah jalan terbaik dalam menyelesaikan masalah, serta bahwa setiap tindakan baik yang kita lakukan, meskipun terhadap orang yang tidak baik kepada kita, dapat membawa perubahan besar.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, beliau menceritakan bahwa Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah memukul seorang wanita, seorang pelayan, atau membalas dendam terhadap siapapun yang menyakitinya.

Beliau hanya membalas ketika agama Allah SWT dilanggar, itupun dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran.

Aisyah RA berkata, “Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah memukul seorang wanita dan tidak pernah memukul seorang pelayan. Beliau juga sama sekali tidak pernah memukul sesuatu dengan tangan beliau, kecuali ketika sedang berjihad di jalan Allah ‘Azza wa Jalla. Beliau pun tidak membalas jika dirinya disakiti orang, kecuali jika kesucian Allah SWT dilanggar, maka beliau pun membalaskannya.” (HR Muslim)

Kebaikan Nabi Muhammad SAW kepada pengemis buta Yahudi ini adalah salah satu contoh nyata bagaimana Rasulullah SAW selalu mengedepankan akhlak yang baik dan kesabaran dalam berinteraksi dengan orang lain, bahkan dengan mereka yang telah menyakitinya.

Ini menunjukkan bahwa akhlak beliau sangat sempurna dan patut dicontoh oleh umat Islam dan seluruh umat manusia. Kebaikan hati Nabi Muhammad SAW ini bisa dijadikan pelajaran hidup untuk selalu berbuat baik kepada orang lain, meskipun mereka tidak memperlakukan kita dengan baik.

Melalui kisah ini, kita diajarkan untuk selalu bersikap sabar, tidak membalas keburukan dengan keburukan, dan selalu mencari jalan kebaikan, bahkan jika itu terhadap orang yang telah menyakiti kita.

Seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, setiap kebaikan akan berbuah kebaikan, dan setiap tindakan buruk hanya akan mendatangkan penyesalan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *