Hikmah  

Mengapa Takaran Rezeki Setiap Orang Berbeda?

ilustrasi rezeki. (int)

Serambimuslim– Takaran rezeki setiap orang memang berbeda-beda. Ada yang merasakan kelimpahan rezeki, sementara yang lain mungkin merasakan kesempitan.

Namun, perbedaan ini sudah menjadi ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT. Di balik perbedaan kadar rezeki yang diterima oleh setiap individu, terdapat hikmah yang sangat dalam, yang mengajarkan kita banyak hal terkait kehidupan, ujian, dan cara bersyukur.

Irwan Kurniawan dalam bukunya Mengetuk Pintu Rezeki menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda dalam menerima rezeki.

Hal ini tidak hanya terbatas pada kemampuan seseorang untuk bekerja atau berusaha, tetapi juga terkait dengan kesempatan yang dimiliki oleh masing-masing orang.

Setiap individu diberi peluang yang tidak sama untuk menjadi produktif dan memperoleh pekerjaan.

Faktor-faktor seperti latar belakang pendidikan, lingkungan, dan takdir hidup turut berperan dalam menentukan seberapa banyak rezeki yang dapat diterima seseorang.

Irwan menegaskan bahwa rezeki yang melimpah yang diberikan kepada sekelompok orang bukanlah semata-mata karena mereka lebih pantas atau lebih layak.

Begitu pula, rezeki yang dirasakan sempit oleh sebagian orang bukanlah bentuk hukuman atau ketidakadilan dari Allah SWT.

Rezeki yang diterima oleh setiap individu merupakan bentuk ujian dari Allah untuk melihat bagaimana mereka menghadapinya, baik itu dalam kelapangan maupun kesempitan.

Menurut Irwan, Allah memberikan perbedaan takaran rezeki ini sebagai ujian untuk melihat bagaimana manusia dapat mensyukuri nikmat yang telah diberikan.

Dengan adanya rezeki yang melimpah, Allah menguji apakah seseorang akan bersyukur dan menggunakan rezeki tersebut dengan bijak, atau malah sebaliknya, menyalahgunakannya untuk kejahatan dan kerusakan.

Begitu pula, dengan rezeki yang sempit, Allah menguji apakah seseorang dapat bersabar, menerima ketentuannya, dan tetap berusaha untuk memperbaiki keadaan.

Allah SWT dalam Surah al-Anbiya’ ayat 35 menyebutkan tentang ujian hidup yang diberikan-Nya kepada setiap individu. Ayat ini berbunyi:

“Kullu nafsin żā’iqatul-maut(i), wa nablūkum bisy-syarri wal-khairi fitnah(tan), wa ilainā turja‘ūn(a).”
“Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.” (QS. al-Anbiya: 35)

Ayat ini menjelaskan bahwa kehidupan ini penuh dengan ujian berupa keburukan dan kebaikan, yang datang untuk menguji kesabaran dan rasa syukur hamba terhadap segala yang diberikan oleh Allah.

Rezeki yang berlimpah atau yang terbatas, keduanya merupakan bagian dari ujian hidup yang harus dijalani dengan penuh kesabaran dan keimanan.

Lebih lanjut, Irwan menambahkan bahwa hikmah di balik perbedaan kadar rezeki adalah untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan.

Dengan adanya perbedaan ini, Allah menghindarkan umat manusia dari kecenderungan untuk berbuat kejahatan atau kerusakan di bumi.

Seandainya semua orang diberikan rezeki yang melimpah, bisa saja terjadi penyalahgunaan kekayaan, keserakahan, dan ketidakadilan.

Sebaliknya, jika semuanya diberi kesulitan, bisa memunculkan putus asa dan kekufuran terhadap nikmat Allah.

Oleh karena itu, dengan pembagian rezeki yang beragam, Allah menciptakan keseimbangan yang memungkinkan umat manusia untuk saling melengkapi dan mendukung satu sama lain.

Dalam Surah asy-Syura ayat 27, Allah SWT juga menjelaskan bagaimana Dia memberikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya sesuai dengan takaran yang telah ditentukan. Ayat ini berbunyi:

“Wa lau basaṭallāhur rizqa li‘ibādihī labagau fil-arḍi wa lākiy yunazzilu biqadarim mā yasyā'(u), innahū bi‘ibādihī khabīrum baṣīr(un).”
“Seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi. Akan tetapi, Dia menurunkan apa yang Dia kehendaki dengan ukuran (tertentu). Sesungguhnya Dia Maha Teliti lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (QS. asy-Syura: 27)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah memberikan rezeki sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Jika Allah memberikan rezeki dengan melimpah, bisa jadi hal tersebut akan disalahgunakan oleh sebagian orang, yang justru dapat merusak tatanan sosial dan keadilan di bumi.

Sebaliknya, jika rezeki diberikan dengan ukuran tertentu, maka itulah yang terbaik bagi umat-Nya. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya dan memberikan rezeki dengan penuh kehati-hatian.

Hikmah dari perbedaan kadar rezeki yang diterima oleh setiap orang juga mengajarkan kita tentang pentingnya bersyukur dan sabar.

Ketika seseorang diberikan rezeki yang melimpah, dia diharapkan bisa bersyukur dan menggunakan rezekinya dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan.

Sementara itu, bagi mereka yang diberikan kesulitan dan rezeki yang terbatas, mereka diajarkan untuk tetap sabar dan terus berusaha, serta tidak berputus asa.

Semua ini adalah bagian dari ujian hidup yang harus diterima dengan lapang dada, karena Allah memiliki rencana terbaik untuk setiap hamba-Nya.

Dengan memahami hikmah di balik perbedaan kadar rezeki, kita diharapkan bisa lebih bijaksana dalam menghadapi kehidupan.

Tidak perlu iri dengan kelimpahan rezeki orang lain, dan tidak pula merasa putus asa ketika menghadapi kesulitan.

Semua yang terjadi dalam hidup ini sudah diatur oleh Allah dengan penuh kebijaksanaan, dan setiap takaran rezeki yang diberikan adalah ujian untuk mengukur sejauh mana kita bisa bersyukur dan sabar.