Serambimuslim.com– Dalam kehidupan sehari-hari, bercanda sering kali menjadi cara yang efektif untuk menghilangkan penat, mempererat hubungan sosial, dan menciptakan kebahagiaan.
Namun, tidak semua jenis canda dapat diterima dalam Islam. Bercanda yang berlebihan atau tidak sesuai dengan etika Islam dapat merusak keharmonisan dan menyebabkan keburukan.
Sebagai umat Islam, kita diperintahkan untuk mengikuti teladan yang baik dari Rasulullah ﷺ, termasuk dalam hal bercanda.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat al-Ahzab (33:21):
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa Rasulullah ﷺ adalah contoh teladan yang sempurna bagi umat Islam, tidak hanya dalam hal ibadah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bersenda gurau.
Rasulullah ﷺ tidak hanya serius dalam tugas kenabiannya, tetapi juga memperlihatkan sisi kemanusiaannya dengan bercanda, yang tetap menjaga adab dan tidak berlebihan.
Sebagai manusia biasa, Rasulullah ﷺ tidak hanya menjalani hidup dengan keteguhan dalam berdakwah, tetapi juga tahu kapan saat yang tepat untuk bercanda.
Namun, candaannya selalu terkendali dan tidak pernah melampaui batas.
Hal ini ditegaskan oleh istri beliau, Aisyah Radhiyallahu anha, yang menyatakan bahwa beliau tidak pernah tertawa terbahak-bahak, tetapi hanya tersenyum lebar, bahkan dalam keadaan bercanda.
Hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah: “Aku belum pernah melihat Rasulullah ﷺ tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum.” (HR. Bukhari)
Canda Rasulullah ﷺ bukanlah canda yang sia-sia atau yang dapat merendahkan orang lain. Beliau senantiasa menjaga kebenaran dalam setiap kata-katanya, meskipun dalam bercanda.
Sebagaimana sabdanya: “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah ﷺ sering bercanda dengan sahabat dan keluarganya, tetapi candaannya selalu mengandung hikmah dan tidak merugikan siapapun.
Berikut beberapa contoh canda Rasulullah ﷺ yang bisa kita ambil sebagai teladan:
- Panggilan untuk Anas bin Malik
Rasulullah ﷺ sering memanggil sahabatnya, Anas bin Malik dengan sebutan “Wahai pemilik dua telinga!” (HR. Bukhari). Panggilan ini meskipun terdengar lucu, namun tidak mengandung ejekan dan tetap dalam konteks yang baik. - Canda dengan Anak Kecil
Rasulullah ﷺ juga sering bercanda dengan anak-anak. Contohnya, beliau bercanda dengan Abu ‘Umair, anak dari Ummu Sulaim. Ketika beliau melihat Abu ‘Umair sedang sedih karena burung peliharaannya mati, beliau menghiburnya dengan berkata: “Wahai Abu ‘Umair, apa yang sedang dilakukan oleh burung kecil itu?” (HR. Bukhari). - Canda dengan Zahir bin Haram
Suatu ketika, Rasulullah ﷺ mendekati Zahir bin Haram yang sedang menjual barang dagangannya dan tiba-tiba memeluknya dari belakang. Zahir yang terkejut kemudian mengetahui bahwa yang memeluknya adalah Rasulullah ﷺ. Dalam kesempatan tersebut, Rasulullah ﷺ bercanda: “Siapakah yang ingin membeli hamba sahaya ini?” Zahir menjawab, “Demi Allah, wahai Rasulullah, saya tidak akan laku dijual!” Rasulullah ﷺ pun menjawab, “Justru di sisi Allah kamu sangat mahal harganya.” (HR. Tirmidzi).
Bercanda memang dibolehkan dalam Islam, namun ada batasan yang harus dijaga agar tidak menyalahi ajaran agama. Berikut adalah beberapa pedoman bercanda menurut ajaran Rasulullah ﷺ:
- Meluruskan Tujuan Bercanda
Bercanda yang dilakukan seharusnya bertujuan untuk menyegarkan pikiran dan meredakan ketegangan, bukan untuk merendahkan atau mencela orang lain. Bercanda dengan tujuan baik akan membawa kebaikan, sementara bercanda yang buruk akan menimbulkan keburukan. - Jangan Melewati Batas
Bercanda tidak boleh berlebihan hingga menyebabkan orang lain merasa terganggu atau terhina. Banyak tertawa atau bercanda yang berlebihan bisa membuat hati keras dan jauh dari rasa khusyuk dalam beribadah. Rasulullah ﷺ mengingatkan: “Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Tirmidzi). - Hindari Bercanda dengan Hal yang Serius
Ada kalanya bercanda tidak tepat dilakukan, terutama dalam situasi yang membutuhkan keseriusan. Misalnya, dalam majelis ilmu, pengadilan, atau ketika bersaksi. Dalam kondisi tersebut, kita harus menjaga adab dan serius. - Tidak Bercanda dengan Berdusta
Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa tidak boleh berdusta meskipun hanya untuk bercanda. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku juga bercanda, namun aku tidak mengatakan kecuali yang benar.” (HR. Tirmidzi). Bercanda yang melibatkan kebohongan untuk membuat orang tertawa adalah sesuatu yang dilarang dalam Islam. - Tidak Menghina atau Mencela Orang Lain
Bercanda tidak boleh digunakan untuk merendahkan atau mengejek orang lain. Dalam hadits, Rasulullah ﷺ melarang untuk menakut-nakuti atau mengambil barang milik orang lain, bahkan jika itu dilakukan hanya untuk bercanda. Hal ini juga berlaku untuk tidak mencela kelompok tertentu atau melakukan fitnah dalam bercanda.
Bercanda dalam Islam memiliki aturan yang jelas, yang semuanya bertujuan untuk menjaga adab, kehormatan, dan persaudaraan di antara umat Islam.
Rasulullah ﷺ adalah contoh terbaik dalam hal ini. Beliau menunjukkan kepada kita bagaimana bersenda gurau dengan hati yang bersih dan penuh kasih sayang, namun tetap menjaga etika dan batasan yang telah ditentukan oleh Allah.
Dalam setiap canda, beliau tidak pernah melupakan kebenaran, menghargai orang lain, dan selalu menjaga adab.
Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ dalam bercanda, agar canda kita bisa membawa kebahagiaan, kedamaian, dan tidak merusak hubungan baik dengan sesama.
Semoga kita semua bisa meneladani akhlak Rasulullah ﷺ dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam cara kita bersenda gurau.