Serambimuslim.com– Proses belajar-mengajar adalah inti dari sistem pendidikan yang ada di masyarakat.
Dalam proses tersebut, keberhasilan pengajaran sangat bergantung pada kemampuan guru dalam menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada muridnya.
Namun, terkadang terjadi ketidaksesuaian antara apa yang disampaikan oleh guru dan apa yang dipahami oleh murid.
Hal ini sering kali disebabkan oleh adanya kesenjangan komunikasi atau miscommunication, yang dapat menghambat proses belajar mengajar.
Fenomena ini bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Setiap pengajaran pasti memiliki tantangan dalam menyampaikan materi secara efektif.
Oleh karena itu, penting bagi para guru untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik, serta memahami bagaimana cara agar ilmu yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para murid.
Dalam konteks ini, Rasulullah Muhammad SAW adalah contoh yang sangat baik dalam memberikan teladan tentang bagaimana seharusnya proses pengajaran dilakukan.
Sebagai seorang Rasul, beliau tidak hanya memberikan wahyu dan pengetahuan kepada umatnya, tetapi juga mengajarkan kepada kita cara-cara terbaik dalam menyampaikan ilmu.
Rasulullah SAW memberikan setidaknya tiga metode yang bisa dijadikan model bagi para guru dalam mengajarkan ilmu kepada muridnya.
Ketiga metode tersebut adalah kesabaran, akrab, dan variatif. Masing-masing memiliki nilai yang sangat penting dalam proses belajar-mengajar dan memberikan dampak yang besar terhadap keberhasilan pengajaran.
1. Kesabaran dalam Pengajaran
Salah satu contoh yang paling jelas dapat dilihat dari bagaimana Allah SWT menurunkan kitab suci Alquran melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Proses turunnya Alquran tidak dilakukan secara langsung, melainkan secara bertahap dan berangsur-angsur. Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar itu memerlukan waktu yang panjang dan tidak bisa dipaksakan.
Demikian juga dalam mengajarkan ilmu kepada murid. Seorang guru tidak bisa berharap muridnya langsung memahami semua materi dengan sempurna dalam waktu singkat.
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk bersabar dalam memberikan ilmu, karena setiap orang memiliki kecepatan dan kemampuan yang berbeda dalam menerima informasi.
Proses pengajaran memerlukan kesabaran tinggi, apalagi ketika mengajarkan hal-hal yang baru atau sulit dipahami.
Menuntut pemahaman yang cepat dan langsung akan berisiko menyebabkan kesalahpahaman atau bahkan kebingungannya, yang justru bisa memperburuk situasi.
Dengan kesabaran, guru dapat memberikan penjelasan secara bertahap dan memungkinkan murid untuk lebih memahami materi dengan baik.
2. Akrab dan Dekat dengan Murid
Rasulullah SAW, meskipun merupakan seorang pemimpin besar, selalu menunjukkan sikap rendah hati. Beliau tidak pernah menjadikan jarak antara dirinya dengan umatnya.
Beliau senantiasa mengedepankan kerendahan hati dalam berinteraksi dengan siapa pun, termasuk dalam hal mengajarkan ilmu.
Salah satu aspek yang penting dalam pengajaran adalah menjalin hubungan yang baik antara guru dan murid.
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa pengajaran yang dilakukan dengan penuh keakraban akan lebih diterima oleh murid.
Ketika seorang guru dapat menjalin hubungan yang baik dengan murid, maka proses belajar akan menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Selain itu, keakraban juga membuat murid merasa lebih nyaman untuk bertanya atau mengungkapkan kesulitan yang dihadapi.
Dalam konteks ini, guru tidak hanya menjadi pengajar tetapi juga menjadi teman yang bisa diandalkan oleh murid. Guru yang rendah hati dan mudah dijangkau akan lebih mudah untuk memotivasi muridnya.
3. Pengajaran yang Variatif
Selain kesabaran dan keakraban, Rasulullah SAW juga mengajarkan bahwa pengajaran harus dilakukan dengan cara yang variatif.
Seseorang bisa saja merasa bosan dengan pengajaran yang monoton. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menggunakan berbagai metode dan cara dalam menyampaikan materi agar para murid tetap tertarik dan fokus pada pelajaran.
Rasulullah SAW sangat memahami hal ini, sehingga beliau menggunakan berbagai cara dalam memberikan pengajaran, mulai dari kisah-kisah, perumpamaan, hingga pertanyaan-pertanyaan yang memancing pemikiran murid.
Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadis Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW memilih hari-hari tertentu untuk memberikan pengajaran agar para sahabat tidak merasa bosan.
Hal ini menunjukkan bahwa pengajaran yang efektif tidak hanya bergantung pada isi materi, tetapi juga pada cara penyampaiannya.
Metode yang bervariasi akan membantu murid untuk lebih mudah memahami materi, serta membuat pengajaran lebih menarik.
Selain ketiga metode di atas, Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya mengajarkan ilmu dengan akhlak yang baik.
Bagi Rasulullah SAW, ilmu dan akhlak tidak bisa dipisahkan. Seorang guru tidak hanya harus memiliki pengetahuan yang luas, tetapi juga harus memperlihatkan akhlak yang baik kepada muridnya.
Bahkan dalam mengajarkan ilmu, akhlak yang baik lebih utama daripada sekadar menguasai materi.
Sebagai contoh, seorang guru yang menyampaikan ilmu dengan penuh kesabaran, keakraban, dan cara yang variatif, akan lebih mudah diterima oleh murid dan memiliki dampak yang lebih besar terhadap perkembangan pribadi murid tersebut.
Pengajaran yang disertai dengan akhlak yang baik akan memberikan contoh yang baik bagi murid, sehingga mereka dapat mencontoh dan menerapkan akhlak tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan cara ini, seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan budi pekerti yang baik bagi muridnya.