Serambimuslim.com– Ilmu pengetahuan, jika dimiliki oleh orang yang beradab, akan menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk membangun peradaban dan membawa kebaikan bagi umat manusia.
Sebaliknya, tanpa dilandasi oleh adab yang baik, ilmu justru bisa disalahgunakan, menjadi sumber kerusakan, dan menimbulkan banyak kerugian.
Dalam konteks ini, Islam memberikan petunjuk yang jelas bahwa sebelum seseorang mengejar ilmu, ia harus lebih dulu mendahulukan ketakwaan kepada Allah, karena takwa adalah pondasi moral yang mengarahkan setiap tindakan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustaz Adi Hidayat (UAH) dalam salah satu kajian di kanal YouTube-nya, beliau menekankan bahwa takwa harus diutamakan sebelum ilmu.
Ustaz Adi Hidayat juga menjelaskan bahwa salah satu cabang dari takwa adalah adab. Ini menunjukkan betapa pentingnya adab dalam Islam, bukan hanya sebagai bagian dari etika sosial, tetapi juga sebagai bagian integral dari pencarian ilmu itu sendiri.
Hal ini juga tercermin dalam Surah Al-Baqarah ayat 282 yang berbunyi: “Bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 282).
Ayat ini menjelaskan bahwa takwa adalah syarat utama untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Ketika seseorang bertakwa kepada Allah, ia akan dipenuhi dengan kebijaksanaan yang hanya bisa diberikan oleh-Nya.
Takwa, dalam pengertian yang lebih luas, mengarahkan kita untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah, serta dengan sesama manusia dan lingkungan di sekitar kita.
Dalam Al-Qur’an, kata takwa disebutkan sebanyak 240 kali, baik dalam bentuk kata “taqi” (orang yang bertakwa) maupun “muttaqin” (orang-orang bertakwa).
Ini menunjukkan bahwa takwa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim, baik dalam konteks hubungan dengan Allah maupun dengan sesama.
Salah satu hal menarik dalam ajaran Islam adalah bahwa takwa memiliki banyak turunan, salah satunya adalah adab.
Seorang yang bertakwa (muttaqin) tidak hanya menjaga hubungan dengan Allah, tetapi juga dengan sesama manusia dan lingkungan sekitarnya.
Ciri utama dari seorang muttaqin adalah adabnya terhadap Allah. Dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 15–23, Allah menggambarkan orang-orang yang bertakwa sebagai hamba yang selalu menjaga hubungan mereka dengan-Nya melalui ibadah, rasa syukur, dan kepatuhan terhadap perintah-Nya.
Mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengakui kelemahan diri mereka dan bergantung sepenuhnya kepada rahmat Allah.
Selain itu, orang yang bertakwa juga dikenal melalui adabnya terhadap sesama manusia dan lingkungan. Dalam Surah Ali Imran ayat 133–134, Allah menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa, yang mencakup orang-orang yang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit, menahan amarah, dan memaafkan kesalahan orang lain.
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabbmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”
“(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 133-134).
Adab merupakan bagian penting dari takwa, dan Islam mengajarkan bahwa adab seharusnya didahulukan sebelum ilmu.
Hal ini dijelaskan oleh Ustaz Adi Hidayat yang mengatakan bahwa adab adalah sikap moral yang membimbing kita untuk berperilaku baik.
Adab akan mengarahkan setiap individu, baik dalam memperoleh ilmu maupun dalam mengamalkannya, agar tidak menyalahgunakan pengetahuan yang dimiliki.
Sebagai contoh, seorang yang berilmu namun tidak memiliki adab yang baik bisa saja menggunakan ilmunya untuk tujuan yang merugikan orang lain, bahkan bisa menjadi sumber kerusakan di masyarakat.
Sebaliknya, seseorang yang memiliki adab yang baik, meskipun ilmunya terbatas, dapat memberikan dampak positif yang besar bagi lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, dalam Islam, adab lebih dulu diajarkan agar seseorang tidak hanya memperoleh ilmu, tetapi juga tahu cara menggunakannya dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab.
Sebagaimana yang kita ketahui, Allah tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga petunjuk agar kita menggunakannya dengan cara yang benar dan baik.
Dalam konteks ini, ilmu tanpa adab dapat berbahaya. Ilmu yang diperoleh dengan cara yang salah, atau digunakan dengan niat yang buruk, bisa menyebabkan kerusakan.
Oleh karena itu, adab harus menjadi dasar dari segala bentuk pencarian ilmu, agar ilmu yang diperoleh dapat bermanfaat dan membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain.
Islam mengajarkan bahwa takwa dan adab adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Ketika takwa menjadi landasan, adab akan muncul dengan sendirinya, dan ilmu yang diperoleh akan menjadi cahaya yang menerangi jalan hidup seseorang.
Dengan demikian, takwa dan adab bukan hanya menjadi kewajiban pribadi, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan peradaban secara keseluruhan.
Artinya, untuk mencapai ilmu yang bermanfaat, seseorang harus mengedepankan takwa, yang akan membimbingnya untuk memiliki adab yang baik.
Dengan takwa dan adab, ilmu akan menjadi cahaya yang tidak hanya menerangi kehidupan pribadi, tetapi juga memberikan manfaat bagi umat manusia dan menciptakan peradaban yang lebih baik.