SerambiMuslim.com– Kisah kecemburuan Sarah, istri Nabi Ibrahim, terhadap Hajar, istri keduanya, adalah salah satu cerita penuh hikmah dalam sejarah Islam.
Cerita ini menggambarkan sisi manusiawi para nabi dan keluarganya, yang meskipun hidup dalam kesalehan, tetap tidak terhindar dari perasaan manusiawi seperti kecemburuan.
Di balik perasaan tersebut, ada pelajaran penting tentang kebijaksanaan, kesabaran, dan bagaimana seharusnya seseorang menghadapi konflik dalam kehidupan rumah tangga.
Dalam tradisi Islam, perasaan cemburu Sarah terhadap Hajar mengarah pada sebuah peristiwa yang berujung pada terciptanya simbol unik, yaitu anting-anting.
Kisah ini tidak hanya memberikan pelajaran tentang hubungan antar sesama, tetapi juga mengajarkan kita cara untuk mengelola emosi dengan bijaksana dan menghargai keputusan-keputusan yang penuh makna dalam kehidupan rumah tangga.
Dikutip dari buku “Orang yang Jatuh Cinta dan Rasa Cemburu” karya Al-Imam Syamsyud Din, kisah ini berawal dari situasi yang penuh dengan kasih sayang.
Sarah dan Nabi Ibrahim telah lama menikah, namun mereka belum dikaruniai seorang anak. Dalam kesabarannya, Sarah memutuskan untuk memberikan budaknya, Hajar, kepada suaminya, Nabi Ibrahim, untuk dinikahi dengan niat agar suaminya bisa mendapatkan keturunan.
Keputusan ini pada awalnya adalah bentuk kasih sayang dan pengorbanan, namun tak disangka menimbulkan perasaan kecemburuan dalam hati Sarah.
Beberapa waktu setelah pernikahan tersebut, Hajar mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian dikenal dengan nama Nabi Ismail AS.
Kabar kehamilan Hajar dan kelahiran Ismail membawa kebahagiaan, namun bagi Sarah, kebahagiaan itu berbalik menjadi sebuah kegelisahan.
Kecemburuan Sarah semakin membara, dan ia merasa tidak bisa menerima kenyataan bahwa Hajar yang dulunya adalah budaknya kini memiliki kedudukan sebagai istri Nabi Ibrahim yang mengandung anak laki-laki pertama mereka.
Kecemburuan Sarah semakin tak terkendali hingga suatu hari ia meluapkan emosinya dengan berkata, “Aku akan memotong tiga bagian tubuh Hajar!”
Mendengar sumpah itu, Nabi Ibrahim AS yang bijaksana mendekati Sarah dengan penuh ketenangan dan bertanya, “Tegakah engkau benar-benar melakukan itu, wahai Sarah?”
Sarah yang merasa emosinya telah menguasai dirinya menjawab dengan nada bingung, “Apa yang harus kulakukan? Lisanku telah terlanjur mengucapkan sumpah ini.”
Nabi Ibrahim yang penuh kebijaksanaan berfikir sejenak, kemudian memberikan saran yang lembut, “Kalau begitu, ada cara agar sumpahmu tidak menjadi kehancuran. Lobangilah kedua daun telinga Hajar dan khitanilah dia.”
Dengan pikiran yang terpengaruh oleh kecemburuan yang mendalam, Sarah mengikuti saran Nabi Ibrahim dan meminta Hajar untuk melubangi telinganya. Setelah daun telinganya dilubangi, Hajar memutuskan untuk memasang anting-anting di sana.
Uniknya, anting-anting yang dipasang pada telinga Hajar malah membuatnya semakin cantik. Sarah yang melihat perubahan ini menghela napas panjang dan berkata dengan nada getir, “Sesungguhnya apa yang kulakukan hanya membuat dia semakin cantik saja.”
Perasaan cemburu yang tak kunjung surut mengajarkan kita bahwa terkadang perasaan negatif dalam diri bisa berujung pada perubahan yang tidak diinginkan, bahkan menguntungkan pihak lain. Dalam hal ini, kecemburuan Sarah justru tidak membuahkan hasil yang diharapkannya.
Namun, meskipun Hajar kini terlihat lebih cantik dengan anting-anting tersebut, kecemburuan Sarah tidak juga mereda.
Setiap kali Sarah melihat kedekatan Ibrahim dengan Hajar, hatinya kembali dipenuhi dengan rasa cemburu.
Pada akhirnya, Sarah meminta Nabi Ibrahim untuk memindahkan Hajar ke tempat yang jauh darinya.
Ibrahim yang bijaksana memahami perasaan Sarah dan memutuskan untuk memindahkan Hajar dan Ismail ke Makkah.
Kisah ini bukan hanya tentang kecemburuan dan konflik dalam rumah tangga, tetapi juga tentang bagaimana seseorang menghadapi dan menyikapi perasaan tersebut.
Cemburu adalah emosi manusiawi yang wajar dirasakan oleh siapa pun, terlebih dalam hubungan yang melibatkan cinta dan perhatian.
Namun, bagaimana seseorang mengelola dan menyikapi rasa cemburu itu adalah hal yang penting.
Seperti halnya Sarah, yang meskipun mengalami kecemburuan yang besar, akhirnya dapat mengambil keputusan yang lebih bijak untuk mengatasi masalahnya.
Dari kisah ini, kita bisa belajar untuk tidak membiarkan emosi menguasai diri dan membuat keputusan yang merugikan orang lain.
Nabi Ibrahim AS menunjukkan bagaimana sikap tenang dan kebijaksanaan dalam menghadapi konflik rumah tangga.
Ia tidak membiarkan emosi dan kemarahan merusak hubungan keluarganya. Sebaliknya, ia mencoba untuk mencari solusi yang bijaksana agar masalah tersebut bisa diselesaikan tanpa menimbulkan kehancuran.
Selain itu, peran kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah rumah tangga sangat penting. Nabi Ibrahim AS, meskipun menghadapi kecemburuan yang melanda istrinya, tidak membiarkan perasaan itu merusak hubungan rumah tangga mereka.
Sebaliknya, ia berusaha untuk menemukan jalan keluar yang baik bagi semua pihak, meskipun terkadang keputusan tersebut melibatkan pengorbanan dan perubahan besar dalam kehidupan mereka.