SeraambiMuslim.com– Abu Bakar Ash-Shiddiq RA adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang sangat mulia.
Beliau dikenal sebagai sahabat terdekat Nabi Muhammad dan sangat berperan penting dalam sejarah perkembangan Islam.
Sebagai sahabat yang paling dekat dengan Nabi, Abu Bakar tidak hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga mendampingi Nabi dalam berbagai perjuangan, baik itu dalam dakwah maupun dalam kondisi sulit, seperti ketika hijrah ke Madinah.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Abu Bakar menjadi khalifah pertama, menggantikan posisi Nabi sebagai pemimpin umat Islam.
Selama masa kepemimpinannya, Abu Bakar menunjukkan teladan yang sangat luar biasa dalam segala hal.
Sikapnya yang bijaksana, zuhud, dan rendah hati membuatnya menjadi sosok yang dihormati dan dicontoh oleh para sahabat, termasuk oleh Umar bin Khattab RA. Umar bin Khattab, yang pada akhirnya menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah, pernah mengungkapkan betapa sulitnya bagi dirinya untuk mengikuti jejak akhlak Abu Bakar, karena akhlaknya yang sangat mulia.
Bahkan, Umar merasa sangat terharu dan menangis ketika mengenang kebaikan dan kezuhudan Abu Bakar.
Abu Bakar adalah sosok yang sangat zuhud terhadap dunia dan lebih memilih hidup sederhana. Seperti yang diceritakan oleh Aisyah RA, ketika Abu Bakar jatuh sakit dan tidak bisa lagi memimpin shalat berjamaah di masjid, beliau menyuruh Umar untuk menggantikannya.
Penyakit Abu Bakar semakin parah, namun beliau tetap bersikeras untuk tidak memanggil tabib. Menurut beliau, ia merasa sudah cukup dengan apa yang telah Allah takdirkan untuknya.
Bahkan, meskipun tubuhnya semakin lemah, Abu Bakar tidak menunjukkan kecintaan terhadap harta dunia.
Pada masa akhir hidupnya, Abu Bakar mempersiapkan warisan yang akan ditinggalkan untuk keluarganya.
Dalam keadaan sakaratul maut, beliau meminta putrinya, Aisyah, untuk memperhatikan harta yang tersisa dan menyerahkannya kepada khalifah setelahnya, yaitu Umar bin Khattab.
Abu Bakar berkata, “Wahai Putriku, lihatlah harta yang tersisa sejak aku menjadi khalifah dan berikanlah semuanya kepada khalifah setelahku.”
Aisyah RA kemudian memeriksa harta peninggalan Abu Bakar, dan yang ada hanya seorang pelayan dari Habsyi dan seekor unta yang biasa digunakan untuk mengambil air dan menyiram kebun.
Ketika Aisyah menyerahkan semua peninggalan tersebut kepada Umar, Umar bin Khattab merasa sangat terharu.
Air matanya mengalir, dan ia berkata, “Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Abu Bakar. Dia telah membuat susah khalifah setelahnya.”
Ungkapan ini menunjukkan betapa luar biasanya Abu Bakar sebagai seorang pemimpin yang sangat menjunjung tinggi amanah dan tidak pernah memanfaatkan kedudukannya untuk kepentingan pribadi.
Dalam riwayat lain, ketika Abu Bakar mendekati ajalnya, Aisyah RA melantunkan syair yang menggambarkan betapa tidak berharganya harta dunia bagi seseorang yang tengah menghadapi sakaratul maut.
Namun, Abu Bakar menegur Aisyah dan meminta agar dia mengucapkan firman Allah, yakni tentang kenyataan sakaratul maut yang tak bisa dihindari oleh siapapun.
Beliau mengingatkan Aisyah untuk mengingat ayat Al-Qur’an dalam QS Qaf ayat 19 yang menyatakan, “Seketika itu datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak engkau hindari.”
Abu Bakar kemudian melanjutkan dengan berkata, “Wahai Putriku, tidak ada seorang pun dari keluargaku yang lebih aku cintai ketika aku kaya selain engkau, dan lebih aku muliakan ketika miskin selain engkau.”
Pada saat-saat terakhir hidupnya, Abu Bakar masih menunjukkan rasa kasih sayang dan perhatian kepada keluarganya, meskipun dirinya sudah berada di ambang kematian.
Beliau juga mengingatkan agar harta yang dimilikinya, yang hanya sejumput kecil, diberikan kepada Umar sebagai penggantinya.
Sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan contoh teladan yang luar biasa bagi umat Islam. Kehidupan dan perjuangannya menunjukkan betapa pentingnya menjaga akhlak yang baik, menjauhkan diri dari keserakahan, dan selalu menjaga amanah.
Abu Bakar tidak hanya mengajarkan kita tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik, tetapi juga tentang pentingnya hidup sederhana dan zuhud terhadap dunia.
Setiap perbuatan dan kata-katanya mencerminkan nilai-nilai Islam yang luhur dan menjadi panutan bagi kita semua.
Keberaniannya dalam memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW juga menunjukkan betapa besarnya keimanan dan keteguhannya dalam mempertahankan ajaran Islam.
Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak hanya dikenal karena kedudukannya sebagai khalifah pertama, tetapi juga karena kezuhudannya, kecerdasannya, dan keteladanannya sebagai seorang Muslim yang taat.
Beliau menghabiskan seluruh hidupnya untuk Islam, tanpa menginginkan dunia atau kemewahan.
Kisah hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq mengingatkan kita semua untuk selalu berusaha memperbaiki akhlak dan selalu mengikuti jejak-jejak mulia para sahabat Nabi Muhammad SAW.