Serambimuslim.com– Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, terdapat banyak kisah yang mengajarkan umat Islam tentang bagaimana seharusnya berinteraksi dengan makhluk hidup, termasuk binatang.
Nabi Muhammad SAW bukan hanya dikenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, tetapi juga sebagai teladan dalam hal kasih sayang terhadap segala ciptaan Allah, termasuk binatang.
Salah satu kisah yang menarik terjadi ketika beliau sedang dalam perjalanan bersama para sahabat.
Suatu hari, Rasulullah SAW bersama para sahabat sedang menempuh perjalanan. Di tengah perjalanan, beliau memisahkan diri sejenak dari rombongan untuk memenuhi suatu keperluan.
Sementara itu, beberapa sahabat melihat dua ekor anak burung hammarah (burung merah) yang sedang berada di tanah dan kemudian mengambilnya.
Tak lama setelah itu, induk burung tersebut datang dan tampak gelisah karena tidak menemukan anak-anaknya.
Melihat kejadian ini, Nabi Muhammad SAW kembali bersama rombongan dan segera bertanya, “Siapakah yang telah menyusahkan burung ini? Segera kembalikan anak-anaknya!”
Melihat respons Nabi yang begitu peduli terhadap burung tersebut, para sahabat langsung memahami betapa pentingnya menjaga keseimbangan alam dan tidak menyakiti makhluk hidup tanpa alasan yang jelas.
Rasulullah SAW menunjukkan betapa besar kasih sayang beliau terhadap binatang dan bagaimana beliau selalu mengingatkan umatnya untuk berbuat baik kepada sesama makhluk hidup.
Di kesempatan lain, ketika Nabi Muhammad SAW melihat sarang burung yang dibakar, beliau kembali memberikan peringatan yang tegas.
Rasulullah SAW bertanya, “Siapakah yang telah membakar sarang ini?”
Para sahabat pun menjawab, “Kami.”
Kemudian, Rasulullah SAW menjelaskan dengan sabdanya, “Hanya Rabb Al-Nar (Sang Pemilik Api, yakni Allah) yang pantas mengazab dengan api.”
Dari kisah ini, dapat diambil pelajaran bahwa dalam Islam, menyakiti atau merusak alam dengan cara yang tidak adil sangat dilarang.
Bahkan membakar sarang burung yang tidak berdosa pun dianggap sebagai tindakan yang tidak dapat diterima dalam ajaran Islam.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga menekankan pentingnya memperlakukan binatang dengan lembut, bahkan ketika hendak menyembelihnya untuk kebutuhan makan.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh, perbaguslah caranya. Jika menyembelih, perbaguslah caranya. Tajamkanlah pisau kalian dan senangkanlah sembelihan kalian!” (HR. Imam Muslim).
Pesan ini menunjukkan bahwa meskipun binatang disembelih untuk konsumsi manusia, cara penyembelihannya harus dilakukan dengan penuh perhatian dan tidak menyakitkan.
Kisah lain yang memperlihatkan betapa Nabi Muhammad SAW mengajarkan umat Islam untuk bersikap baik terhadap binatang adalah kisah tentang seekor kucing.
Suatu saat, Rasulullah SAW melihat seorang sahabat memiringkan bejana untuk seekor kucing agar ia bisa minum dari sisa air yang ada.
Bahkan, Rasulullah SAW sendiri kemudian berwudhu dengan sisa air dari bejana tersebut, sebagai bentuk penghormatan terhadap makhluk Allah yang satu ini.
Ini mengajarkan kita bahwa Islam sangat menghargai keberadaan binatang dalam kehidupan manusia, dan segala bentuk kehidupan harus diperlakukan dengan hormat.
Lebih lanjut, ada pula kisah tentang seorang pelacur yang mendapat ampunan dari Allah karena kebaikannya terhadap seekor anjing.
Rasulullah SAW bercerita bahwa pada suatu waktu, seorang pelacur yang sangat kehausan melihat seekor anjing yang juga sedang kehausan di dekat sebuah sumur.
Pelacur itu merasa iba kepada anjing tersebut, lalu ia mengisi sepatunya dengan air dan memberikannya pada anjing itu.
Karena kebaikannya itu, Allah mengampuni segala dosa-dosanya. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, berbuat baik kepada makhluk hidup, termasuk binatang, memiliki nilai yang sangat tinggi di hadapan Allah.
Ada pula kisah yang mirip, yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, mengenai seorang laki-laki yang menemukan seekor anjing kehausan di dekat sumur.
Setelah dirinya puas minum air dari sumur, ia melihat anjing tersebut yang juga sangat kehausan. Tanpa berpikir panjang, ia kembali menuruni sumur, mengisi sepatunya dengan air, dan memberikannya pada anjing itu.
Karena kebaikannya, Allah mengampuni dosa-dosanya. Kisah ini mengajarkan kita bahwa memberi pertolongan kepada makhluk Allah, apapun bentuknya, dapat menghapuskan dosa-dosa kita.
Dari kisah-kisah tersebut, jelaslah bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk berperilaku lembut dan penuh kasih sayang terhadap binatang.
Rasulullah SAW tidak hanya menunjukkan bagaimana seharusnya berinteraksi dengan sesama manusia, tetapi juga mengajarkan kita untuk memperlakukan semua ciptaan Allah dengan penuh penghormatan dan kasih sayang.
Islam sebagai agama yang penuh cinta kasih mengajarkan umatnya untuk menjaga keseimbangan alam dan memberikan perhatian yang sama terhadap makhluk hidup lainnya, termasuk binatang.
Berbuat baik kepada binatang, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW, merupakan bagian dari ibadah yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah dan menghapus dosa-dosanya.