SerambiMuslim.com– Kisah Kakek Rasulullah SAW, Abdul Muthalib, yang bernazar untuk menyembelih salah satu anaknya sebagai bentuk pengabdian dan ketaatan kepada Allah SWT merupakan salah satu cerita menarik yang ditemukan dalam Sirah Nabawiyah.
Cerita ini mencerminkan kedalaman keimanan dan tekad seorang ayah untuk menepati janji kepada Tuhan, sekaligus menggambarkan kekuatan takdir Allah yang akhirnya menggiring peristiwa tersebut menuju jalan yang penuh hikmah.
Abdul Muthalib, kakek Rasulullah SAW, terkenal sebagai tokoh yang sangat dihormati di kalangan suku Quraisy. Ia dikenal sebagai pribadi yang bijaksana dan memiliki pengaruh besar dalam masyarakat.
Dalam suatu kesempatan, ketika Abdul Muthalib berhasil menemukan kembali sumur Zamzam yang hilang selama bertahun-tahun, ia merasa sangat bersyukur kepada Allah SWT.
Sebagai bentuk rasa syukur dan pengabdian, ia bernazar untuk menyembelih salah satu dari sepuluh anaknya, jika Allah memberinya anak sebanyak itu dan ia mampu melindungi mereka.
Nazar ini disampaikan dengan tulus kepada Allah SWT, yang tercermin dalam keyakinannya bahwa ia harus membayar janji tersebut dengan cara yang paling berharga.
Setelah memiliki sepuluh anak, Abdul Muthalib merasa saatnya untuk memenuhi nazarnya. Ia mengumpulkan anak-anaknya dan menjelaskan maksudnya untuk melaksanakan nazar tersebut.
Para anak Abdul Muthalib pun menyambutnya dengan sikap patuh dan bertanya apa yang harus mereka lakukan.
Abdul Muthalib kemudian mengatur cara untuk memilih anak yang akan disembelih dengan menggunakan dadu.
Setiap anak menuliskan namanya pada dadu, kemudian dadu-dadu tersebut dimasukkan ke dalam wadah untuk diundi.
Mereka pergi ke Ka’bah dan menuju patung Hubal, sebuah berhala besar yang sering digunakan oleh orang-orang Quraisy untuk meminta petunjuk dalam mengambil keputusan penting.
Di dekat patung tersebut ada tujuh dadu yang digunakan untuk mengundi siapa yang akan mendapat diyat atau denda, yang biasa digunakan dalam sengketa masyarakat Quraisy.
Penjaga dadu kemudian diminta untuk mengundi nama anak-anak Abdul Muthalib. Proses pengundian dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan penuh keyakinan.
Ketika undian pertama diumumkan, nama Abdullah, anak yang paling disayangi Abdul Muthalib, keluar sebagai nama yang harus disembelih.
Abdul Muthalib yang sangat mencintai Abdullah merasa sangat berat untuk melaksanakan nazarnya, tetapi ia merasa tidak ada jalan lain selain menepati janjinya kepada Allah SWT.
Kabar bahwa Abdullah akan disembelih menyebar dengan cepat, dan orang-orang Quraisy datang untuk mencegah Abdul Muthalib melaksanakan nazarnya.
Mereka merasa bahwa jika Abdul Muthalib menyembelih anaknya, maka setiap orang akan melakukan hal yang sama kepada anak-anak mereka, yang dapat menimbulkan kerusakan besar.
Oleh karena itu, mereka mendesak Abdul Muthalib untuk mencari solusi yang lebih baik.
Beberapa orang Quraisy menawarkan diri untuk menebus Abdullah agar Abdul Muthalib tidak perlu melaksanakan nazarnya.
Mereka meminta agar Abdul Muthalib mencari jalan lain yang lebih baik. Akhirnya, ada yang menyarankan untuk bertemu dengan seorang peramal di Madinah untuk mencari petunjuk.
Abdul Muthalib pun memutuskan untuk berangkat ke Madinah untuk menemui peramal. Setelah menemui peramal wanita di Khaybar, ia menceritakan apa yang telah terjadi dan meminta petunjuk.
Peramal itu menyarankan agar Abdul Muthalib melakukan pengundian antara Abdullah dan sepuluh ekor unta sebagai diyat.
Jika nama Abdullah yang keluar, maka unta-unta itu harus ditambah lagi hingga mencapai jumlah seratus ekor, dan jika akhirnya nama unta yang keluar, maka unta tersebut yang akan disembelih sebagai ganti Abdullah.
Setelah kembali ke Makkah, Abdul Muthalib melaksanakan saran peramal itu. Mereka mengocok dadu di hadapan patung Hubal, dan seperti yang telah diprediksi, nama Abdullah terus muncul dalam pengundian.
Hingga akhirnya, jumlah unta yang harus ditambah mencapai seratus ekor, dan pada akhirnya undian pun mengarah pada nama unta.
Dengan keputusan ini, unta-unta yang telah dikumpulkan disembelih, dan Abdullah pun selamat.
Orang-orang Quraisy yang menyaksikan peristiwa ini merasa sangat lega dan memuji keputusan Abdul Muthalib. Mereka melihat bahwa keputusan tersebut merupakan keputusan yang benar dan mendapat ridha dari Allah SWT.
Abdul Muthalib kemudian berdoa dengan penuh rasa syukur kepada Allah atas keselamatan anaknya dan atas petunjuk yang diberikan-Nya.
Kisah ini mengandung banyak pelajaran berharga, salah satunya adalah tentang pentingnya ketaatan dan ketulusan dalam menepati janji kepada Allah SWT, serta kebijaksanaan dalam menghadapi ujian hidup.
Abdul Muthalib menunjukkan bahwa ia lebih mengutamakan pengabdian kepada Allah daripada kecintaannya pada anak-anaknya. Ini menunjukkan kedalaman imannya dan kepercayaannya terhadap takdir Allah yang penuh hikmah.
Selain itu, kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya usaha untuk mencari solusi ketika menghadapi masalah yang sulit.
Abdul Muthalib tidak ragu untuk mencari petunjuk dari orang yang lebih berpengalaman, yakni peramal yang akhirnya memberikan solusi yang membawa keselamatan bagi Abdullah.