Pekerjaan yang Diajarkan Rasulullah SAW

Ilustrasi pekerjaan yang baik. (Int)

SerambiMuslim.com– Dalam Islam, bekerja adalah suatu kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap individu.

Bekerja tidak hanya dipandang sebagai kegiatan untuk mencari nafkah, tetapi juga sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umatnya bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan niat yang baik dan sesuai dengan aturan agama akan bernilai ibadah.

Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk menjalani kehidupan dengan bekerja keras dan berusaha, selama pekerjaan tersebut tidak melanggar syariat yang telah ditetapkan dalam Islam.

Perintah untuk bekerja termaktub dalam Al-Qur’an pada Surat At-Taubah ayat 105, yang artinya: “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)

Ayat ini menegaskan bahwa bekerja adalah kewajiban setiap umat Muslim, dan pekerjaan yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab akan mendapat perhatian dari Allah SWT, Rasulullah SAW, serta orang-orang mukmin lainnya.

Hasil dari pekerjaan tersebut akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat kelak. Oleh karena itu, pekerjaan yang dilakukan haruslah sesuai dengan ajaran Islam, tidak merugikan orang lain, dan tidak bertentangan dengan syariat.

Rasulullah SAW juga pernah menjelaskan melalui sabda beliau tentang pekerjaan yang paling baik.

Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Miqdam RA dari Nabi SAW mengungkapkan bahwa pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan tangan sendiri.

Rasulullah SAW bersabda, “Makanan apa saja yang dimakan seseorang adalah lebih baik memakan dari hasil usaha tangan sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud AS, beliau makan dari hasil tangannya sendiri.” (HR Bukhari, Abu Daud, an-Nasai)

Hadits ini menunjukkan bahwa bekerja dengan tangan sendiri adalah hal yang sangat dihargai dalam Islam.

Nabi Daud AS sebagai seorang rasul pun bekerja keras dan tidak mengandalkan orang lain untuk mencari nafkah.

Ini menunjukkan bahwa bekerja dengan cara yang halal dan mandiri merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan bentuk pengabdian kepada Allah SWT.

Dalam hadits lain, suatu hari ada yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang mata pencaharian yang paling baik.

Beliau menjawab, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR Ahmad)

Dari hadits ini, kita dapat memahami bahwa usaha atau pekerjaan yang dilakukan dengan niat yang baik dan sesuai dengan syariat akan diberkahi oleh Allah SWT.

Dalam hal ini, pekerjaan yang dilandasi dengan kejujuran dan kebersihan hati akan mendatangkan keberkahan dan kemudahan dalam hidup.

Selain itu, dalam hadits lain dari Abu Sa’id, Rasulullah SAW bersabda, “Pedagang yang jujur dan terpercaya bersama para Nabi, para shiddiqin dan para syuhada.” (HR At-Tirmidzi).

Hadits ini menunjukkan bahwa pedagang yang jujur dan dapat dipercaya memiliki kedudukan yang sangat mulia.

Kejujuran dan transparansi dalam berbisnis adalah salah satu aspek penting dalam Islam. Pedagang yang tidak curang, tidak menipu, dan selalu memberikan yang terbaik untuk konsumennya akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

Kejujuran adalah salah satu kunci utama dalam pekerjaan yang diberkahi. Rasulullah SAW mengajarkan agar setiap transaksi jual beli dilakukan dengan jujur, tanpa ada penyembunyian atau kebohongan.

Dalam hadits dari Hakim bin Hizam RA, Nabi SAW bersabda : “Penjual dan pembeli dalam masa khiyar selama belum berpisah atau sampai berpisah. Apabila keduanya jujur dan transparan, diberkahilah keduanya dalam jual belinya. Dan apabila saling menyembunyikan dan berbohong, hilanglah berkah dalam jual beli mereka.” (HR Al-Bukhari)

Hadits ini memberikan gambaran bahwa kejujuran dalam setiap transaksi sangat penting, baik bagi penjual maupun pembeli.

Apabila keduanya saling terbuka dan tidak berbuat curang, maka transaksi tersebut akan diberkahi oleh Allah SWT.

Sebaliknya, apabila terjadi kecurangan atau ketidakjujuran, maka berkah dari transaksi tersebut akan hilang.

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Ali Bassam dalam bukunya Taudhihul Ahkam menyatakan bahwa pekerjaan terbaik adalah pekerjaan yang sesuai dengan keadaan masing-masing individu.

Setiap orang memiliki potensi, kemampuan, dan keterampilan yang berbeda. Oleh karena itu, pekerjaan yang dilakukan oleh setiap individu bisa berbeda-beda, tetapi yang terpenting adalah pekerjaan tersebut harus dilakukan dengan niat yang baik, jujur, tidak ada penipuan, serta menjalankan kewajiban dengan penuh tanggung jawab.

Pekerjaan apa pun yang dilakukan dengan niat yang baik, sesuai dengan syariat Islam, dan membawa manfaat bagi orang lain akan bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.

Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus senantiasa menjaga kualitas pekerjaan kita agar selalu sesuai dengan ajaran agama dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dan etika Islam.