Perjalanan Ilmu Ibnu Abbas dalam Islam

lustrasi Abdullah bin Abbas, Sahabat Nabi yang Dijuluki Lautan Ilmu. (int)

Serambimuslim.com– Abdullah bin Abbas, atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Abbas, adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang sangat dihormati dan memiliki kedudukan yang tinggi dalam sejarah Islam.

Ia adalah putra dari Abbas bin Abdul Muthallib, paman Rasulullah SAW. Ibnu Abbas dilahirkan di Makkah, beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama, dan merupakan salah satu sahabat yang sangat dekat dengan Nabi.

Meski masih muda, Ibnu Abbas dikenal memiliki kecerdasan dan kedalaman ilmu agama yang luar biasa.

Pada masanya, Ibnu Abbas dikenal sebagai ahli tafsir Al-Quran terbaik. Bahkan, Nabi Muhammad SAW pernah mendoakan beliau dalam sebuah doa yang sangat terkenal, yang menunjukkan kedudukan istimewa Ibnu Abbas dalam ilmu agama.

Doa tersebut diriwayatkan dalam hadits Bukhari dan Muslim:

“Ya Allah, berilah pemahaman tentang urusan agama dan berilah ilmu kepadanya (Ibnu Abbas) tentang takwil” (HR Bukhari dan Muslim).

Doa tersebut adalah berkah yang sangat besar bagi Ibnu Abbas. Dengan doa Nabi Muhammad SAW, Ibnu Abbas yang pada waktu itu masih sangat muda, menjadi seorang mufasir (ahli tafsir) yang handal.

Sebagai seorang mufasir, ia dikenal karena pemahamannya yang mendalam tentang Al-Quran, serta kemampuannya dalam menguraikan makna-makna yang terkandung di dalamnya.

Bahkan, banyak sahabat Nabi yang merujuk kepada Ibnu Abbas ketika menghadapi kesulitan dalam memahami wahyu.

Selain dikenal sebagai ahli tafsir, Ibnu Abbas juga merupakan seorang yang banyak meriwayatkan hadis.

Kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad SAW sangat melekat dalam diri beliau, dan beliau berperan besar dalam menyebarkan ilmu pengetahuan Islam, baik dalam bidang tafsir, hadis, maupun fiqih.

Selama hidupnya, Ibnu Abbas mengabdikan dirinya untuk dakwah Islam dan pendidikan umat, menyebarkan pengetahuan yang ia miliki kepada umat Islam, agar mereka dapat memahami agama dengan lebih baik.

Ibnu Abbas meninggal dunia pada usia 71 tahun. Sepanjang hidupnya, beliau sangat berkomitmen untuk syiar Islam dan memberikan kontribusi besar dalam perkembangan ilmu agama.

Beliau dikenal dengan julukan “Al-Bahr” yang berarti “Lautan Ilmu,” karena kedalaman ilmu yang beliau miliki, serta luasnya pengetahuan yang beliau ajarkan kepada umat Islam.

Salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan Ibnu Abbas adalah nasihat-nasihat bijaknya yang penuh hikmah.

Dalam kitab Afaatu al-Lisaan karya Umar Abdul al-Kafi, beberapa nasihat Ibnu Abbas dihimpun sebagai petunjuk hidup yang sangat berharga bagi umat Islam. Salah satu nasihat beliau yang paling terkenal adalah mengenai pentingnya menjaga lisan.

Ibnu Abbas menekankan agar umat Islam selalu berhati-hati dalam berbicara. Ia mengingatkan agar setiap perkataan yang keluar dari mulut tidak sia-sia dan selalu bermanfaat.

Menurutnya, akan lebih baik lagi jika perkataan tersebut mengandung hikmah dan ilmu yang berguna. Tidak hanya itu, beliau juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga intonasi dalam berbicara.

Ucapan yang baik, sopan, dan sesuai dengan etika adalah sesuatu yang sangat diutamakan.

Dalam diskusi atau perdebatan, Ibnu Abbas menegaskan bahwa seorang Muslim seharusnya menghindari perbantahan yang disertai dengan bahasa kasar atau kata-kata yang menyakitkan.

Beliau mengingatkan umat Islam untuk selalu mengikuti petunjuk Allah dalam Surah An-Nahl ayat 125, yang berbunyi:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Nasihat ini menunjukkan bahwa dalam berdakwah atau berbicara kepada orang lain, seorang Muslim harus melakukannya dengan penuh kebijaksanaan, kelembutan, dan cara yang paling baik.

Hal ini agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan hati yang terbuka dan tanpa adanya perpecahan.

Selain itu, Ibnu Abbas juga memberikan wejangan mengenai pentingnya menjaga hubungan baik dengan orang lain, terutama dalam menjalin persahabatan dan pertemanan.

Menurutnya, bergaul dengan orang lain harus dilakukan dengan akhlak yang baik, karena setiap orang ingin dihormati dengan cara yang baik pula. Beliau memberi contoh teladan yang sangat baik dari Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang mampu membawa rasa aman, nyaman, dan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya.

Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah tidak pernah memotong pembicaraan orang lain sebelum orang tersebut selesai berbicara.

Jika ada seseorang yang berbicara dengan cara yang tidak baik atau berlebihan, Rasulullah SAW akan dengan bijak mengakhiri percakapan tersebut tanpa menyinggung perasaan orang itu.

Hal ini menunjukkan pentingnya adab dalam berinteraksi dengan orang lain, yang harus selalu mengedepankan kesopanan, empati, dan pengertian.