Rasulullah Mengajarkan Makna Hidup yang Sejati

Ilustrasi Rasulullah SAW. (int)

SerambiMuslim.com– Pada suatu ketika, Nabi Muhammad SAW melewati sebuah pasar di Madinah.

Di sana, beliau dikelilingi oleh para sahabat dan beberapa orang lainnya yang mengikuti beliau dengan penuh rasa hormat.

Dalam perjalanan tersebut, beliau berhenti di sebuah lapak penjual hewan ternak. Seperti biasa, pasar adalah tempat yang ramai, namun ada satu hal yang menarik perhatian Rasulullah SAW.

Di tengah keramaian itu, beliau melihat sebuah bangkai anak kambing yang tergeletak di tanah.

Anak kambing tersebut tampak cacat, telinganya rusak. Rasulullah SAW memperhatikan bangkai itu dengan seksama dan kemudian mendekatinya.

Beliau memegang telinga kambing tersebut sambil berkata kepada orang-orang di sekitar pasar, “Siapa di antara kalian yang mau membeli anak kambing ini dengan harga satu dirham?”

Orang-orang yang mendengar pertanyaan itu pun terkejut dan menggelengkan kepala. Mereka menjawab dengan nada heran, “Kami tidak mau membeli anak kambing ini walaupun dengan harga murah. Lihat saja kondisinya, bangkai yang cacat telinganya ini, apa yang bisa kami peroleh dari benda yang sudah mati seperti ini?”

Rasulullah SAW tersenyum mendengar jawaban mereka, namun beliau melanjutkan pertanyaan, “Apakah kalian masih ingin memiliki anak kambing ini?”

Mereka pun semakin bingung, lalu mereka menjawab dengan tegas, “Demi Allah, seandainya anak kambing ini hidup, ia tetap memiliki cacat pada telinganya. Apalagi dalam keadaan mati seperti ini, tidak ada manfaat sama sekali.”

Mendengar jawaban tersebut, Nabi Muhammad SAW berkata dengan penuh hikmah, “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina di hadapan Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian.”

Kisah ini tercatat dalam hadis riwayat Muslim, yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdullah.

Melalui peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita sebuah pelajaran yang sangat penting tentang hakikat kehidupan dunia.

Dunia ini, pada hakikatnya, adalah hal yang rendah, fana, dan sementara. Meskipun banyak orang berlomba-lomba mengejar kesenangan dunia, Rasulullah SAW menegaskan bahwa dunia tidaklah lebih bernilai daripada bangkai yang tidak ada gunanya.

Dalam hidup kita, seringkali kita terjebak dalam ambisi untuk memperoleh kekayaan, kekuasaan, atau hal-hal materi lainnya.

Kita sering lupa bahwa semua yang ada di dunia ini adalah sementara dan tidak akan bertahan selamanya.

Begitu banyak orang yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengejar kenikmatan dunia tanpa menyadari bahwa kehidupan yang hakiki ada di akhirat nanti.

Dalam sebuah kisah lain yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, Nabi Muhammad SAW memegang pundaknya dan memberikan pesan yang sangat dalam, “Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau orang yang sekadar melewati jalan (musafir).”

Ibnu Umar mendengarkan pesan ini dengan khidmat, merenung, dan berusaha untuk mengamalkannya.

Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia ini bukanlah tempat yang abadi.

Kita hanya datang untuk sementara waktu, layaknya seorang musafir yang sedang dalam perjalanan menuju tempat yang lebih baik, yaitu akhirat.

Allah SWT dalam Al-Quran pun menjelaskan bahwa dunia ini hanyalah sebuah tempat ujian yang sementara.

Dalam Surah Faathir ayat 5, Allah berfirman bahwa janji-Nya adalah benar dan kita tidak boleh teperdaya oleh kehidupan dunia yang penuh dengan tipu daya.

Setiap kesenangan dunia yang kita nikmati hanyalah bersifat sementara dan tidak ada yang dapat menjamin keabadiannya.

Kita hanya perlu mengingat bahwa setiap amal yang kita lakukan di dunia ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Dalam surat Al-Hadid ayat 20, Allah SWT berfirman, “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.”

Ayat ini menegaskan bahwa dunia ini hanya sebuah fase sementara, dan segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini akan hancur pada waktunya.

Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali amal perbuatan kita yang baik dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Allah juga berfirman dalam Surat Al-Kahfi ayat 45, “Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Ayat ini mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia bagaikan air hujan yang datang dan pergi, menyuburkan tanaman tetapi pada akhirnya mengering dan hancur.

Inilah hakikat dunia yang sementara, yang tidak layak untuk kita prioritaskan melebihi kehidupan yang abadi di akhirat.

Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk tidak terbuai dengan kesenangan duniawi yang sifatnya sementara.

Kita harus selalu ingat bahwa dunia ini adalah tempat ujian, dan yang lebih penting adalah mempersiapkan kehidupan kita di akhirat.