Sa’ad bin Abi Waqqash: Pahlawan Panah Islam

sosok Sa'ad bin Abi Waqqash. ( ilustrasi : int )

Serambimuslim.com– Sa’ad bin Abi Waqqash R.A adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang terkenal dengan keberanian dan kesetiaannya dalam membela Islam.

Selain itu, beliau juga dikenal sebagai seorang pemanah ulung, dengan setiap bidikan panahnya selalu tepat sasaran. Kehebatan ini tidak terlepas dari doa Rasulullah SAW yang khusus ditujukan untuknya.

Sa’ad bin Abi Waqqash R.A adalah sosok yang sangat berperan penting dalam perjuangan awal umat Islam, terlibat dalam berbagai peperangan besar, dan termasuk salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk Surga oleh Rasulullah SAW.

Sa’ad bin Abi Waqqash R.A lahir dalam keluarga bangsawan dari suku Quraisy, keturunan Bani Zuhri.

Ia adalah salah satu dari delapan orang yang pertama kali masuk Islam, yang dalam sejarah dikenal sebagai Assabiqunal Awwalun.

Meskipun berasal dari keluarga terpandang, Sa’ad memilih untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW dan memeluk Islam di masa-masa awal dakwah.

Perjalanan Sa’ad bin Abi Waqqash R.A dalam Islam tidaklah mudah. Salah satu ujian terbesar yang dihadapinya datang dari ibunya.

Ketika mengetahui putranya memeluk agama Islam, ibunya sangat marah dan bersumpah tidak akan makan, minum, atau berbicara dengannya sampai Sa’ad kembali ke agama nenek moyangnya.

Meskipun ibunya jatuh sakit dan penderitaannya semakin parah, Sa’ad bin Abi Waqqash R.A tetap teguh pada pendiriannya dan tidak berniat untuk meninggalkan Islam.

Melihat keteguhan putranya, akhirnya sang ibu pun luluh dan mau makan dan minum. Allah SWT pun menurunkan wahyu untuk Sa’ad bin Abi Waqqash, yaitu Surah Al-Ankabut ayat 8 yang menegaskan pentingnya berbakti kepada orang tua, tetapi tidak boleh mengikuti ajaran yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Sa’ad bin Abi Waqqash R.A sangat mencintai Rasulullah SAW. Bahkan cintanya kepada Rasulullah SAW melebihi rasa cintanya kepada keluarga dan hartanya sendiri.

Pada suatu malam, ketika Rasulullah SAW terjaga dari tidurnya dan bersabda, “Seandainya pada malam ini ada seorang saleh dari sahabatku yang mau menjagaku,” Sa’ad bin Abi Waqqash R.A segera muncul, siap untuk menjaga Rasulullah SAW.

Dengan keberanian yang besar, Sa’ad menjawab, “Aku datang untuk menjagamu, wahai Rasulullah.”

Hal ini menunjukkan betapa besar kecintaan dan kesetiaan Sa’ad bin Abi Waqqash kepada Rasulullah SAW, bahkan siap mengorbankan nyawanya demi melindungi Nabi.

Rasulullah SAW mendoakan Sa’ad bin Abi Waqqash R.A dengan sebuah doa yang sangat istimewa.

Beliau berdoa, “Ya Allah, tepatkanlah (bidikan) panahnya dan kabulkanlah doanya.”

Sejak saat itu, Sa’ad bin Abi Waqqash menjadi seorang pemanah yang sangat ulung, dengan setiap panah yang dilepaskannya selalu tepat sasaran.

Doa Rasulullah SAW ini menjadi salah satu tanda keistimewaan Sa’ad bin Abi Waqqash di antara para sahabat lainnya.

Sa’ad bin Abi Waqqash R.A adalah salah satu pejuang Islam yang turut serta dalam pertempuran-pertempuran besar seperti Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandaq.

Dalam Perang Badar, Sa’ad bin Abi Waqqash R.A adalah orang pertama yang melemparkan panah. Ia juga menjadi salah satu pejuang yang pertama kali mengalirkan darah di jalan Allah SWT.

Keberanian Sa’ad dalam menghadapi musuh-musuh Islam tak tergoyahkan.

Di dalam Perang Uhud, meskipun keadaan sangat sulit dan pasukan Muslim hampir kalah, Sa’ad bin Abi Waqqash tetap teguh di medan pertempuran, melindungi Rasulullah SAW dan terus bertempur dengan penuh semangat.

Sa’ad juga dikenal karena kemahirannya dalam menggunakan panah, yang membuatnya menjadi salah satu pasukan andalan Rasulullah SAW.

Setelah Rasulullah SAW wafat, Sa’ad bin Abi Waqqash RA diangkat menjadi panglima perang oleh Khalifah Umar bin Khattab RA untuk memimpin pasukan Muslim dalam menghadapi pasukan Persia di Perang Qadisiyyah.

Dalam peperangan ini, pasukan Islam yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqqash berhasil mengalahkan pasukan Persia yang sangat besar dan kuat.

Kemenangan ini membuka jalan bagi penaklukan wilayah-wilayah baru dan penyebaran Islam ke seluruh wilayah Persia.

Beberapa daerah yang berhasil direbut oleh pasukan Muslim di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash antara lain Karkasia, Tikrit, Jaluja, dan Masbandan.

Keberhasilan ini menjadi salah satu tonggak sejarah penting dalam perluasan kekuasaan Islam.

Menjelang wafatnya, Sa’ad bin Abi Waqqash RA menunjukkan keteguhan hatinya yang luar biasa.

Ia selalu menghabiskan waktunya untuk mencari ilmu, tafakur, dan menghindari fitnah yang terjadi di kalangan umat Islam, terutama perselisihan antara Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abi Sufyan.

Sa’ad bin Abi Waqqash R.A memilih untuk tetap pada posisi netral dan tidak terlibat dalam konflik tersebut.

Ketika Sa’ad merasa ajalnya semakin dekat, ia meminta agar ia dikafani dengan jubah yang telah digunakannya saat berperang di Perang Badar.

Jubah tersebut merupakan satu-satunya jubah miliknya, dan ia merasa bahwa hanya jubah itu yang pantas untuk menutupi tubuhnya yang telah berjasa di jalan Allah SWT.

Sa’ad bin Abi Waqqash R.A wafat di al-Aqiq, sekitar 12 kilometer dari Madinah. Jenazahnya kemudian dibawa ke Madinah dan disalatkan oleh Marwan bin Hakam dan beberapa istri Rasulullah SAW.

Sa’ad bin Abi Waqqash R.A dimakamkan dengan penuh penghormatan di Madinah, dan banyak sahabat yang merasakan kehilangan besar atas wafatnya.