Tantangan Berat Dakwah Rasulullah SAW

Ilustrasi Rasulullah SAW. (int)

Serambimuslim.com– Sepanjang perjalanan dakwahnya, Rasulullah SAW menghadapi berbagai tantangan yang sangat berat.

Tantangan tersebut tidak hanya datang dari musuh-musuh Islam, tetapi juga dari sebagian orang yang dekat dengan beliau.

Mulai dari penolakan, penghinaan, hingga kekerasan yang diterima Rasulullah SAW, semua itu menjadi bagian dari ujian yang beliau hadapi dengan penuh ketabahan.

Meskipun demikian, Rasulullah SAW tetap tegar dalam menyampaikan wahyu dan mengajarkan nilai-nilai kebenaran yang datang dari Allah SWT.

Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang penuh kasih sayang dan sabar dalam menghadapi setiap ujian yang datang.

Tidak hanya menghadapi cobaan dalam dakwahnya, di kehidupan sehari-hari pun beliau sering menerima hinaan dan perlakuan buruk dari sebagian orang di sekitarnya.

Namun, yang luar biasa adalah cara beliau mengendalikan diri. Beliau tidak pernah membalas dengan kebencian atau kekerasan.

Sebaliknya, beliau selalu mendoakan kebaikan bagi mereka yang menghinanya, bahkan ketika penganiayaan itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

Dari sikap sabar dan kerendahan hati yang beliau tunjukkan, banyak hati yang akhirnya luluh.

Bahkan, sebagian orang yang sebelumnya menghinanya, setelah menyaksikan kesabaran dan ketulusan Rasulullah SAW, mereka justru berbalik mengikuti ajaran Islam.

Keteguhan hati dan kasih sayang yang beliau tunjukkan akhirnya meruntuhkan dinding kebencian dan membimbing mereka menuju jalan yang penuh kebaikan.

Berikut adalah dua kisah yang menggambarkan betapa sabarnya Rasulullah SAW dalam menghadapi hinaan, yang dapat kita ambil pelajaran berharga darinya.

Kisah Pengemis Buta Yahudi

Di suatu sudut pasar Madinah, terdapat seorang pengemis Yahudi yang buta. Setiap hari, ia tidak henti-hentinya mencela Nabi Muhammad SAW di depan orang-orang yang melintas. Ia menyebut Rasulullah sebagai orang gila, pembohong, dan tukang sihir.

Meski demikian, Rasulullah SAW tetap sabar. Setiap pagi, beliau mendekati pengemis itu, membawa makanan, dan menyuapinya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, meskipun pengemis tersebut terus menghinanya. Tindakan mulia ini berlangsung setiap hari, bahkan hingga menjelang wafatnya Rasulullah.

Namun, setelah wafatnya Rasulullah SAW, pengemis buta itu tidak lagi menerima makanan setiap pagi.

Suatu hari, Abu Bakar RA, sahabat dekat Rasulullah, bertanya kepada putrinya, Aisyah RA, mengenai sunnah yang belum dia amalkan.

Aisyah menjawab, “Ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan, kecuali satu saja.”

“Apa itu?” tanya Abu Bakar.

“Setiap pagi, Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar untuk memberi makanan kepada seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana,” jawab Aisyah.

Keesokan harinya, Abu Bakar RA mendatangi pengemis tersebut dan memberinya makanan.

Namun, pengemis itu marah dan berkata, “Siapakah kamu?”

Ketika dijelaskan bahwa orang yang biasa datang dan memberi makanan itu adalah Rasulullah SAW, pengemis tersebut terkejut dan menangis.

Ia menyadari kesalahannya selama ini yang telah menghinakan Rasulullah tanpa tahu betapa mulianya beliau.

Pengemis itu kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam, mengakui kesalahannya dan menerima kebenaran ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

Kisah Wanita Tua yang Meludahi Rasulullah

Selain pengemis buta, ada pula seorang wanita tua yang setiap kali Rasulullah SAW lewat di depan rumahnya, ia meludahinya dengan air liurnya, sembari mencerca beliau.

Peristiwa ini terjadi berulang kali, bahkan hampir setiap hari. Meskipun dihina seperti itu, Rasulullah SAW tetap melanjutkan perjalanannya tanpa membalas perlakuan buruk tersebut.

Suatu ketika, ketika Rasulullah melewati rumah wanita itu, ia tidak meludahinya seperti biasanya, dan rumahnya tampak kosong.

Rasulullah pun merasa penasaran dan bertanya kepada orang sekitar mengenai keberadaan wanita tersebut. Orang yang ditanya pun memberitahunya bahwa wanita itu sedang sakit.

Mendengar hal itu, Rasulullah SAW langsung mendatangi rumah wanita tersebut setelah selesai beribadah.

Saat wanita itu melihat kedatangan Rasulullah yang selama ini ia hina, ia terkejut dan menangis.

Dengan penuh haru, wanita itu bertanya, “Wahai Muhammad, mengapa engkau datang menjengukku, padahal aku setiap hari meludahi dan menghinamu?”

Rasulullah menjawab dengan penuh kelembutan, “Aku yakin engkau meludahiku karena engkau belum mengetahui kebenaran ajaranku. Jika engkau mengetahuinya, aku yakin engkau tidak akan melakukan itu.”

Mendengar jawaban bijaksana tersebut, hati wanita itu tersentuh. Dalam kesedihannya, ia kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam, mengakui kebenaran ajaran Rasulullah SAW.

Kedua kisah ini menunjukkan betapa besar kesabaran dan kasih sayang Rasulullah SAW terhadap orang-orang yang menyakitinya.

Beliau tidak membalas dengan kebencian, tetapi malah memberikan contoh terbaik tentang bagaimana mengendalikan diri dan mengajak orang lain kepada kebaikan.

Inilah teladan yang seharusnya kita ikuti dalam menghadapi ujian dan tantangan hidup, di mana kita diajarkan untuk tetap sabar, mengendalikan diri, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan, tetapi dengan kebaikan.

Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita bahwa kesabaran dan ketulusan dalam berdakwah akan mendatangkan hasil yang baik.

Allah SWT pasti akan memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan seringkali hidayah itu datang setelah melalui ujian yang berat.