Indonesia Tertinggal dalam Industri Halal Global

Kepala BPJPH, Ahmad Haikal Hasan. (int)

SerambiMuslim.com–Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, ternyata masih tertinggal dalam pengembangan industri halal dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki minoritas Muslim.

Hal ini menjadi tantangan besar bagi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) untuk terus meningkatkan upaya edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya status halal dalam setiap produk yang beredar di Indonesia.

Kepala BPJPH, Ahmad Haikal Hasan, mengungkapkan bahwa status halal seharusnya tidak hanya dipandang sebagai kepentingan bagi umat Muslim saja, tetapi juga sebagai nilai universal yang dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat, termasuk non-Muslim.

Menurut Ahmad Haikal, halal bukan sekadar simbol agama, tetapi lebih dari itu. “Halal for everyone.

Halal itu simbol kebersihan, simbol kesehatan. Jadi kalau berbicara soal kesehatan, kebersihan, transparansi, itu halal rujukannya,” ujar Ahmad Haikal dalam acara bertajuk “Yakin Halal? Yuk Kupas Tuntas Bareng Ahlinya” yang digelar di Jakarta pada Kamis (9/1/2025).

Hal tersebut menunjukkan bahwa prinsip halal mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar keyakinan agama.

Halal menjadi simbol penting dalam menjaga kualitas produk, terutama terkait kebersihan, keamanan, dan transparansi dalam produksi.

Oleh karena itu, sertifikasi halal memiliki peran yang sangat vital untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang mereka konsumsi aman, sehat, dan berkualitas.

Namun, meskipun Indonesia menjadi negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, ternyata industri halal di Indonesia belum mampu bersaing dengan negara-negara yang memiliki mayoritas non-Muslim.

Ahmad Haikal menyampaikan sebuah fakta yang mengejutkan, yakni bahwa negara-negara dengan populasi Muslim minoritas justru mendominasi industri halal dunia.

“Negara nomor satu industri halal dunia itu China, kedua Amerika, lalu ada juga Brazil, dan Prancis. Coba bayangkan Indonesia nomor delapan,” jelas Ahmad Haikal, yang lebih akrab disapa Babe Haikal ini.

Hal ini tentu menjadi pertanyaan besar mengingat Indonesia memiliki pasar domestik yang sangat besar dan sumber daya alam yang melimpah untuk mendukung pertumbuhan industri halal.

Bahkan, nilai industri halal global diperkirakan mencapai sekitar 20 ribu triliun Rupiah. Sementara itu, pada tahun 2024, industri halal Indonesia baru mencatatkan angka sekitar 673 triliun Rupiah.

Padahal, menurut Haikal, Indonesia sebenarnya bisa mencapai angka yang jauh lebih tinggi lagi jika industri halal di tanah air tertib dan dikelola dengan baik.

“Indonesia masih nomor delapan, kenapa? Karena tidak tertib halal,” ujar Babe Haikal dengan nada serius.

Ketidaktertiban dalam industri halal, menurutnya, adalah salah satu faktor utama yang menghambat Indonesia untuk meraih posisi teratas dalam industri halal dunia.

Sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar, Indonesia seharusnya bisa menjadi pemain utama di industri ini, namun banyak hal yang perlu diperbaiki, termasuk dalam hal sertifikasi halal yang masih belum optimal.

Sebagai langkah untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya status halal, Babe Haikal mengajak semua pihak untuk bersama-sama lebih serius dalam mengurus sertifikasi halal untuk produk-produk yang dipasarkan.

Menurutnya, jika semua sektor usaha mulai dari restoran, pabrik, hingga makanan dan minuman mulai tertib dalam menerapkan sertifikasi halal, Indonesia akan dengan mudah meraih posisi nomor satu di industri halal dunia.

“Andaikan semua tertib halal, restoran, pabrik, makanan dan minuman, maka kita akan jadi industri halal nomor satu dunia. Halal itu memberi rahmat bagi semua,” kata Babe Haikal.

Sertifikasi halal, menurutnya, bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga sebuah cara untuk menjaga kualitas dan transparansi, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi industri itu sendiri.

Oleh karena itu, BPJPH sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam sertifikasi halal, terus bekerja keras untuk mempercepat proses sertifikasi dan memastikan bahwa produk yang beredar di pasar memenuhi standar halal yang sesuai.

Untuk itu, penting bagi setiap elemen masyarakat, baik pengusaha, produsen, maupun konsumen, untuk lebih peduli terhadap pentingnya status halal pada setiap produk yang mereka konsumsi.

Dengan adanya kesadaran dan kepedulian ini, Indonesia bisa bergerak maju dan menjadi pemimpin dalam industri halal global.

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi yang lebih besar melalui pengembangan industri halal.

Dengan memaksimalkan potensi tersebut, Indonesia tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi, tetapi juga akan memberi manfaat bagi seluruh dunia, baik dari segi kesehatan, kebersihan, maupun keberlanjutan.

Maka dari itu, edukasi dan sosialisasi terkait industri halal harus terus digalakkan untuk mencapai visi besar Indonesia menjadi pemimpin dalam industri halal dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *