serambimuslim.com– K.H. Noer Ali adalah seorang tokoh ulama dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang memiliki peran penting dalam sejarah bangsa.
Dikenal sebagai sosok religius yang gigih dan memiliki ketajaman strategi dalam medan perang, ia telah meninggalkan jejak pengabdian yang menginspirasi.
Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 3 November 2006.
K.H. Noer Ali lahir pada tanggal 15 Juli 1914 di Ujung Malang, sebuah daerah di wilayah Bekasi, Jawa Barat. Nama lahirnya adalah “Noer Ali,” yang memiliki arti “cahaya tinggi,” sebuah nama yang menggambarkan kepribadian dan kebijaksanaan yang melekat pada dirinya.
Sebagai tokoh dari Suku Betawi, Noer Ali tidak hanya dikenal sebagai seorang ulama, tetapi juga seorang pejuang yang sangat dihormati.
Dalam perjalanan hidupnya, ia dikenal dengan julukan “Singa Karawang-Bekasi,” yang mencerminkan semangat perjuangannya yang kuat dalam membela tanah air dari penjajahan.
Sejak muda, Noer Ali menunjukkan kecintaannya pada agama dan ilmu. Pada tahun 1930-an, ia berangkat ke Makkah untuk memperdalam ilmu agama.
Setelah menyelesaikan studinya di sana, ia kembali ke tanah air dengan membawa semangat baru untuk menyebarkan pengetahuan agama dan memimpin masyarakat dalam perlawanan terhadap penjajah.
Sepulang dari Makkah pada tahun 1940, ia mendirikan pesantren di kampung halamannya, yang kelak menjadi pusat pendidikan agama dan basis perjuangan rakyat setempat.
Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, K.H. Noer Ali berperan aktif sebagai pemimpin rakyat. Beberapa kontribusi pentingnya dalam memperjuangkan kedaulatan Indonesia antara lain:
- Pelopor Penyerahan Kekuasaan Negara Federal kepada Indonesia.
Pada masa pasca-kemerdekaan, Indonesia sempat terpecah dalam bentuk negara federal yang diatur oleh Belanda. K.H. Noer Ali menjadi salah satu tokoh yang mempelopori upaya menyerahkan kekuasaan negara federal tersebut kepada Republik Indonesia. Langkah ini menunjukkan komitmennya untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tengah upaya Belanda untuk melemahkan negara baru ini. - Ketua Panitia Amanat Rakyat Bekasi untuk Bergabung dengan NKRI.
Dalam upaya memperkuat kedudukan Indonesia sebagai negara kesatuan, K.H. Noer Ali terlibat aktif sebagai Ketua Panitia Amanat Rakyat Bekasi. Melalui peran ini, ia menggalang dukungan masyarakat Bekasi untuk bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menolak sistem federal yang hendak diatur oleh Belanda. Perannya ini menunjukkan pengaruh besar yang dimilikinya di kalangan rakyat serta kepeduliannya terhadap keutuhan bangsa. - Pemimpin Politik dan Agama.
K.H. Noer Ali juga memainkan peran penting dalam dunia politik. Pada tahun 1950, ia diangkat menjadi Ketua Masyumi Cabang Jatinegara. Partai Masyumi, yang dikenal sebagai salah satu partai Islam terbesar di Indonesia kala itu, menjadi wadah baginya untuk menyuarakan aspirasi rakyat dan mengokohkan nilai-nilai Islam dalam pemerintahan. Pada tahun 1956, ia terpilih sebagai anggota Dewan Konstituante, di mana ia turut berpartisipasi dalam menyusun dasar-dasar negara. Setahun kemudian, pada tahun 1957, ia juga dipercaya sebagai anggota Pimpinan Harian/Majelis Syuro Masyumi Pusat. - Kecerdikan dalam Strategi Perang dan Julukan “Si Belut Putih”
Tidak hanya aktif dalam ranah politik dan keagamaan, K.H. Noer Ali juga dikenal sebagai komandan perang yang lihai. Strategi-strategi militernya yang jitu membuatnya berhasil lolos dari berbagai penangkapan yang dilakukan oleh pihak Belanda. Kecerdikannya dalam mengatur taktik perang, ditambah dengan keberaniannya di medan tempur, membuat Belanda kewalahan menghadapi perlawanan yang dipimpinnya. Karena keahliannya dalam menghindari sergapan musuh, ia dijuluki “Si Belut Putih,” yang menggambarkan kemampuannya dalam bergerak lincah dan sulit ditangkap. Julukan ini adalah simbol penghormatan dari rakyat terhadap kecerdasan dan keahlian taktisnya dalam perjuangan. - Sosok Toleran dan Pembawa Kedamaian
Selain keberaniannya dalam melawan penjajah, K.H. Noer Ali juga dikenal sebagai sosok yang toleran terhadap keberagaman. Sebagai ulama, ia memiliki pemahaman agama yang mendalam dan selalu mengajarkan pentingnya toleransi antarumat beragama. Ia menjadi panutan bagi masyarakat Bekasi dalam hidup berdampingan secara damai, menghormati perbedaan, dan menciptakan kehidupan sosial yang harmonis. Sikapnya yang bijaksana dan ramah membuatnya disegani oleh semua lapisan masyarakat. - Perjuangan dan jasa K.H. Noer Ali tidak hanya diakui oleh masyarakat setempat tetapi juga oleh pemerintah Indonesia. Pada 3 November 2006, Presiden Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada K.H. Noer Ali sebagai penghormatan atas pengorbanan dan dedikasinya. Gelar ini sekaligus menjadi pengingat akan perjuangan para ulama dan tokoh masyarakat dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Di samping pengakuan sebagai Pahlawan Nasional, warisan Noer Ali dalam bidang pendidikan juga terasa hingga hari ini.
Pesantren yang didirikannya di kampung halaman menjadi pusat pembelajaran agama yang berperan penting dalam mendidik generasi muda.
Pesantren ini juga menjadi saksi sejarah perjuangannya, yang terus menginspirasi para santri dan masyarakat sekitarnya untuk melanjutkan semangat juang dan keikhlasan dalam mengabdi kepada bangsa.