SerambiMuslim.com– Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa anak-anak di pesantren memiliki hak yang sama untuk mendapatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Hal ini disampaikan oleh Nasaruddin dalam rangka mendukung program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan gizi yang baik kepada seluruh anak sekolah di Indonesia, termasuk mereka yang menempuh pendidikan di pesantren.
Menurut Nasaruddin, anak-anak pesantren adalah bagian dari anak bangsa, dan sudah selayaknya mereka memperoleh hak yang setara dengan anak-anak lainnya dalam mendapatkan program tersebut.
Ia menambahkan, bahwa beberapa pesantren dan madrasah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) juga sudah mulai menjalankan program ini.
“Anak pesantren juga anak bangsa, kan. Tentu punya hak yang sama juga dengan yang lain. Sudah ada yang mulai juga,” ujar Nasaruddin dengan tegas.
Pernyataan ini menggambarkan komitmen pemerintah untuk memastikan tidak ada kelompok masyarakat yang terpinggirkan dalam hal mendapatkan hak-hak dasar, termasuk akses terhadap makanan bergizi yang penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Pernyataan Menteri Agama tersebut disampaikan usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Agama dan Duta Besar Amerika Serikat di Kantor Kemenag, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, pada Rabu, 8 Januari 2025.
Penandatanganan ini adalah salah satu langkah penting dalam memperkuat hubungan antara kedua negara, terutama dalam sektor pendidikan dan kesejahteraan anak-anak di Indonesia.
Nasiruddin menegaskan bahwa pemerintah melalui Kemenag berkomitmen untuk memastikan bahwa semua anak sekolah di Indonesia, termasuk yang berada di pesantren, menerima program Makan Bergizi Gratis tanpa terkecuali.
Prinsip keadilan yang diusung dalam program ini menegaskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan akses yang sama terhadap nutrisi yang mendukung kesehatan dan tumbuh kembang mereka, terlepas dari latar belakang pendidikan atau tempat tinggal mereka.
Program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kualitas hidup para anak-anak Indonesia, termasuk santri yang bersekolah di pesantren.
“Asas keadilan. Jadi semuanya sama-sama mendapat program MBG,” ujar Nasaruddin menambahkan.
Hal ini menunjukkan bahwa program MBG tidak hanya menyasar sekolah-sekolah umum, tetapi juga sekolah-sekolah keagamaan seperti pesantren.
Dengan demikian, seluruh anak-anak Indonesia, dari berbagai latar belakang, dapat merasakan manfaat dari program ini.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad, juga memberikan penjelasan terkait pelaksanaan program MBG di pesantren.
Ia mengungkapkan bahwa Kemenag telah mengeluarkan panduan pelaksanaan Makan Bergizi Gratis untuk pesantren melalui Surat Edaran (SE) Nomor 10 Tahun 2024.
Surat edaran ini diterbitkan pada 31 Desember 2024 dan ditujukan untuk seluruh pondok pesantren di Indonesia.
“Seluruh entitas pendidikan Islam siap menyukseskan Makan Bergizi Gratis yang merupakan program prioritas Presiden Prabowo. Edaran ini kami terbitkan untuk menjadi panduan implementasi MBG di pondok pesantren,” ujar Abu Rokhmad.
Hal ini menunjukkan keseriusan Kemenag dalam mendukung implementasi program tersebut, serta peran pesantren sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang harus memperoleh perhatian yang sama dalam hal kesejahteraan anak-anaknya.
Abu Rokhmad juga menjelaskan bahwa implementasi program MBG di pesantren tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan gizi anak-anak, tetapi juga menjadi bagian dari upaya penguatan karakter peserta didik.
Dalam konteks ini, penguatan karakter sangat penting untuk membentuk santri yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki akhlak yang baik.
Misalnya, dengan membiasakan para santri untuk mempraktikkan nilai-nilai spiritual, seperti berdoa sebelum makan, serta mengajarkan nilai-nilai sosial seperti toleransi, disiplin, dan gotong royong.
Para santri juga akan dilatih untuk mengedepankan sikap sabar dan tertib, misalnya dengan mengajarkan mereka untuk antre dengan tertib dan tidak saling berebut makanan.
“Misalnya, ada pembiasaan bagi para santri untuk mempraktikkan nilai spiritual, semisal berdoa sebelum makan. Juga mempraktikan nilai toleransi karena diajarkan untuk antre, tidak saling serobot, dan sebagainya,” jelas Abu Rokhmad.
Pembiasaan nilai-nilai positif ini diharapkan dapat membantu menciptakan santri yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga kemampuan emosional dan sosial yang tinggi.
Program Makan Bergizi Gratis di pesantren ini diharapkan akan memberikan dampak yang luas bagi kesejahteraan para santri dan kualitas pendidikan di pesantren secara keseluruhan.
Dengan adanya program ini, santri di seluruh Indonesia dapat merasakan manfaat dari makanan bergizi yang mendukung tumbuh kembang mereka, serta memperkuat nilai-nilai moral dan sosial yang akan berguna dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Kemenag berharap agar seluruh pesantren dapat segera mengimplementasikan program ini dengan baik agar tujuannya tercapai secara maksimal, yaitu menciptakan generasi muda yang sehat, cerdas, dan berakhlak mulia.