SerambiMuslim.com– Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyatakan dukungannya terhadap rencana yang diusulkan Mesir untuk membangun kembali Gaza. Rencana ini merupakan respons terhadap usulan kontroversial Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang berencana mengambil alih Gaza dan menggusur penduduknya.
Keputusan tersebut diambil dalam pertemuan darurat OKI di Jeddah, Arab Saudi, yang berlangsung tiga hari setelah Liga Arab meratifikasi rencana rekonstruksi Gaza dalam pertemuan puncaknya di Kairo. Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, menegaskan bahwa rencana ini kini telah menjadi kesepakatan bersama antara negara-negara Arab dan Islam.
“Pertemuan darurat menteri OKI mengadopsi rencana Mesir, yang kini telah menjadi rencana Arab-Islam,” ujar Abdelatty.
Ia menambahkan bahwa dukungan luas dari negara-negara Muslim merupakan langkah positif dalam mewujudkan rekonstruksi Gaza yang lebih luas dan berkelanjutan.
Setelah memperoleh dukungan dari negara-negara Arab dan Muslim, pemerintah Mesir kini tengah berupaya mendapatkan dukungan internasional yang lebih luas, termasuk dari Uni Eropa serta negara-negara besar lainnya seperti Jepang, Rusia, dan Tiongkok.
“Langkah selanjutnya adalah menjadikan rencana ini sebagai rencana internasional melalui adopsi oleh Uni Eropa dan pihak-pihak internasional lainnya,” kata Abdelatty dalam konferensi persnya.
Ia juga menegaskan bahwa Mesir telah melakukan berbagai komunikasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk Amerika Serikat, untuk membahas langkah-langkah lebih lanjut dalam rekonstruksi Gaza. Meskipun Amerika Serikat belum sepenuhnya menyetujui rencana tersebut, komunikasi diplomatik antara kedua pihak masih terus berlangsung.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan bahwa rencana rekonstruksi Gaza yang dipimpin oleh Mesir belum sepenuhnya memenuhi harapan Washington. Namun, Steve Witkoff, utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, memberikan respons yang lebih positif terhadap inisiatif Mesir tersebut.
“Kami melihat ini sebagai langkah awal yang beritikad baik dari Mesir,” ujar Witkoff dalam pernyataannya.
Meski masih terdapat perbedaan pendapat antara Mesir dan Amerika Serikat, upaya diplomasi untuk mencapai kesepakatan yang lebih luas terus dilakukan. Pihak Mesir menegaskan bahwa rencana rekonstruksi Gaza bertujuan untuk memberikan solusi jangka panjang bagi rakyat Palestina yang terdampak konflik berkepanjangan.
Sejak agresi militer Israel yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, kondisi di Jalur Gaza semakin memprihatinkan. Ribuan bangunan hancur, infrastruktur lumpuh, serta kebutuhan dasar seperti air bersih dan listrik menjadi langka. Laporan dari berbagai organisasi kemanusiaan mengungkapkan bahwa situasi di Gaza semakin memburuk, dengan banyak warga yang kehilangan tempat tinggal dan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai.
Di tengah situasi ini, rencana rekonstruksi yang diusulkan oleh Mesir dinilai sebagai langkah strategis yang dapat membantu mengembalikan kondisi Gaza menjadi lebih stabil. Namun, tantangan besar masih menghadang, termasuk blokade yang diberlakukan oleh Israel serta kendala politik yang harus diselesaikan melalui jalur diplomasi.
Dukungan terhadap rencana Mesir tidak hanya datang dari OKI dan Liga Arab, tetapi juga dari sejumlah negara Muslim yang berkomitmen untuk memberikan bantuan dalam proses rekonstruksi Gaza. Beberapa negara yang telah menyatakan kesediaannya untuk berkontribusi dalam rencana ini antara lain Turki, Qatar, dan Iran.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan menegaskan bahwa negaranya siap untuk berperan dalam membangun kembali infrastruktur Gaza yang rusak akibat serangan Israel.
“Kami akan membantu saudara-saudara kita di Palestina dengan segala sumber daya yang kami miliki,” kata Erdoğan dalam sebuah pidato di Ankara.
Qatar juga berjanji akan memberikan dana bantuan untuk membangun kembali fasilitas-fasilitas penting seperti rumah sakit, sekolah, dan jaringan listrik di Gaza.
Dukungan yang diberikan oleh negara-negara Muslim terhadap rencana rekonstruksi Gaza yang diusulkan oleh Mesir menjadi harapan baru bagi rakyat Palestina yang terdampak konflik. Meski masih menghadapi berbagai tantangan politik dan diplomasi, inisiatif ini menunjukkan komitmen kuat dari negara-negara Arab dan Islam dalam membantu pemulihan Gaza.
Ke depan, upaya diplomasi yang lebih luas diperlukan untuk memastikan bahwa rencana ini mendapat dukungan global dan dapat direalisasikan dengan efektif demi kesejahteraan masyarakat Gaza.