Serambimuslim.com– Pada 22 Oktober 2024 lalu, sebuah foto yang sangat kontroversial dan memicu kemarahan publik beredar luas di media sosial.
Foto tersebut menunjukkan seorang tentara Israel dari Batalyon Rotem Brigade Givati 435 yang sedang melakukan tindakan pelecehan dengan buang air kecil di atas mushaf Alquran di Jabalia, Jalur Gaza.
Tindakan ini langsung mendapat kecaman keras dari berbagai kalangan, terutama umat Islam di seluruh dunia, mengingat Alquran adalah kitab suci yang dihormati oleh lebih dari dua miliar umat Muslim.
Aksi yang sangat merendahkan ini mengguncang banyak pihak dan memicu kemarahan, tidak hanya di dunia Islam tetapi juga di komunitas internasional yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan beragama.
Menanggapi tindakan pelecehan tersebut, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) mengeluarkan delapan pernyataan sikap yang ditandatangani oleh Ketua Majelis Ukhuwah Pusat Jamaah Muslimin (Hizbullah) pada 19 November 2024.
Dalam pernyataan tersebut, Hizbullah secara tegas mengutuk dan mengecam aksi tersebut dengan sekeras-kerasnya.
Mereka menekankan bahwa perbuatan tentara Israel tersebut adalah penghinaan yang sangat besar terhadap Alquran, yang bukan hanya milik umat Islam di Palestina atau di dunia Arab, tetapi milik seluruh umat Muslim global.
Aksi ini dianggap sebagai bentuk penistaan yang mencemarkan nilai-nilai kemanusiaan dan agama.
Pernyataan pertama yang disampaikan oleh Hizbullah menyebutkan bahwa pelecehan terhadap Alquran adalah bentuk penistaan yang sangat serius.
“Kami mengutuk dan mengecam dengan sekeras-kerasnya aksi pelecehan yang menjijikkan tentara Israel tersebut terhadap mushaf Alquran,” ungkap mereka dalam pernyataan itu.
Mereka juga menegaskan bahwa perbuatan tersebut tidak hanya merupakan penghinaan terhadap agama Islam, tetapi juga terhadap umat Muslim yang tersebar di seluruh dunia.
Bagi umat Islam, Alquran adalah pedoman hidup yang sangat dihormati, dan penghinaan seperti ini dianggap sebagai tindakan yang tidak dapat diterima.
Selanjutnya, Hizbullah juga menyatakan bahwa tindakan ini melanggar berbagai resolusi internasional, termasuk Resolusi PBB tentang Dialog Antar Peradaban (1998) dan Resolusi PBB tentang Memerangi Islamophobia (2022).
Dalam pernyataan mereka, Hizbullah mengajak seluruh umat Islam di dunia untuk bertindak tegas menanggapi penistaan ini.
“Aksi penistaan ini nyata-nyata melawan resolusi PBB dan semoga pelakunya dan rezim Netanyahu dilaknat dan diazab oleh Allah di dunia dan akhirat,” demikian ditegaskan dalam pernyataan tersebut.
Lebih lanjut, Hizbullah mendesak umat Islam di seluruh dunia untuk tidak hanya terdiam dan pasrah menghadapi penistaan ini.
Mereka menyerukan agar umat Islam melakukan aksi nyata dalam melawan segala bentuk penghinaan terhadap agama dan kitab suci mereka.
“Kami mendesak seluruh umat Islam di dunia untuk bertindak atas aksi penistaan ini,” kata mereka. Mereka menilai bahwa sikap diam dunia, khususnya umat Islam, dapat memberi kesempatan bagi rezim Zionis untuk melanjutkan kejahatannya terhadap umat Islam di Palestina dan wilayah sekitarnya.
Dalam pernyataan itu, Hizbullah juga mengingatkan umat Islam untuk tidak melupakan kewajiban mereka untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu mengajak kepada yang baik dan mencegah yang buruk, sesuai dengan ajaran Islam.
Mereka merujuk pada firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 110 yang menegaskan bahwa umat Islam adalah umat terbaik yang diutus untuk menyuruh kepada yang baik dan mencegah yang buruk.
“Sebagai khaira umat, kita tidak boleh diam terhadap segala bentuk kejahatan,” kata mereka.
Jika umat Islam tidak peduli dengan amar ma’ruf nahi munkar, mereka memperingatkan, doa umat Islam tidak akan dikabulkan oleh Allah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.
Hizbullah juga berharap bahwa kebiadaban yang dilakukan oleh tentara Zionis ini akan semakin memperkuat perlawanan bangsa Palestina dan umat Islam secara umum.
Mereka menilai bahwa tindakan tersebut adalah bagian dari kebiadaban yang dilakukan oleh rezim Zionis dan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Prancis yang mendukung kebijakan Israel.
Dalam pandangan Hizbullah, kebiadaban ini bukan hanya terhadap rakyat Palestina, tetapi juga terhadap kemanusiaan, mengingat serangan terhadap warga sipil, pembantaian di Jalur Gaza, serta pengusiran dan genosida yang dilakukan oleh militer Israel.
Terakhir, Hizbullah menyerukan kepada masyarakat internasional dan organisasi-organisasi dunia yang masih memiliki rasa kemanusiaan untuk segera menghentikan kejahatan genosida yang terjadi di Jalur Gaza.
Mereka menuntut agar dunia internasional menghentikan arus darah yang mengalir di Gaza dan segera menghentikan perang yang tidak mengenal batas terhadap anak-anak dan pengungsi yang tak berdaya.
Dalam pernyataan ini, Hizbullah juga menyerukan kepada semua negara untuk beraksi tegas demi menghentikan kekerasan dan membela hak-hak manusia di Palestina.