SerambiMuslim.com– Pada Desember 2024, pembiayaan syariah mencatatkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa pertumbuhan pembiayaan syariah pada bulan tersebut hanya mencapai 9,87 persen (yoy), menurun signifikan dari 11,24 persen (yoy) pada November 2024.
Penurunan ini menjadi perhatian, meskipun pembiayaan syariah tetap memiliki peran yang signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa meskipun ada perlambatan dalam pembiayaan syariah, kredit dan pembiayaan, termasuk yang berbasis syariah, tetap memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Perry mengungkapkan, “Pertumbuhan kredit pada 2024 mencapai 10,39 persen (yoy) dan berada dalam kisaran prakiraan Bank Indonesia yang sebelumnya diperkirakan antara 10 hingga 12 persen.”
Penurunan pertumbuhan pembiayaan syariah di akhir tahun 2024 ini menunjukkan tantangan yang dihadapi sektor perbankan, meskipun peranannya dalam perekonomian tetap besar.
Penyebab utama dari penurunan ini, menurut analisis Bank Indonesia, adalah terbatasnya konsumsi rumah tangga pada akhir tahun 2024.
Meskipun begitu, kinerja sektor korporasi masih terjaga dengan baik, yang menunjukkan adanya ketahanan pada sektor-sektor tertentu.
Dari sisi penawaran, pembiayaan syariah masih didorong oleh realokasi alat likuid perbankan, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM) yang diberlakukan oleh Bank Indonesia.
Ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan dalam permintaan pembiayaan, sektor perbankan masih memiliki kapasitas untuk mendukung sektor-sektor yang membutuhkan pembiayaan.
Jika dibandingkan dengan Desember 2023, pembiayaan syariah mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Pada Desember 2023, pembiayaan syariah tercatat tumbuh sebesar 15,80 persen (yoy), yang jauh lebih tinggi daripada angka pertumbuhan pada akhir 2024.
Tahun lalu, pembiayaan syariah mendapat dorongan kuat dari kinerja positif sektor korporasi dan rumah tangga yang menunjukkan pertumbuhan konsumsi yang lebih tinggi.
Namun, pada akhir 2024, penurunan pertumbuhan ini lebih mencerminkan perlambatan aktivitas ekonomi yang terjadi di sektor rumah tangga, meskipun sektor korporasi masih menunjukkan kinerja yang stabil.
Pada November 2024, meskipun ada penurunan yang signifikan di bulan Desember, pembiayaan syariah masih tumbuh lebih baik dengan angka 11,24 persen (yoy).
Pembiayaan ini didorong oleh sektor-sektor prioritas seperti hilirisasi minerba (mineral dan batubara), otomotif, perdagangan, pariwisata, dan UMKM.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor produktif yang terkait dengan hilirisasi sumber daya alam dan industri kreatif masih memiliki kontribusi yang signifikan dalam mendukung pertumbuhan pembiayaan syariah.
Meskipun ada penurunan di akhir tahun, sektor-sektor tersebut tetap menjadi pilar penting bagi pembiayaan syariah di Indonesia.
Melihat ke depan, meskipun ada penurunan pada akhir 2024, Bank Indonesia tetap optimis bahwa pembiayaan syariah akan kembali meningkat pada 2025.
Perry Warjiyo mengungkapkan, “Ke depan, pertumbuhan kredit diprakirakan akan meningkat dalam kisaran 11 hingga 13 persen, sejalan dengan prospek ekonomi yang tetap baik dan dukungan kebijakan makroprudensial dari Bank Indonesia.”
Hal ini mencerminkan keyakinan Bank Indonesia bahwa perekonomian Indonesia akan mengalami pemulihan dan pembiayaan syariah akan kembali menunjukkan angka pertumbuhan yang lebih positif pada tahun mendatang.
Untuk mendukung hal tersebut, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan sektor perbankan guna mendorong pembiayaan syariah, khususnya pada sektor-sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Sinergi ini menjadi penting untuk memastikan bahwa sektor-sektor yang produktif, seperti UMKM dan hilirisasi industri, mendapatkan akses pembiayaan yang memadai.
Sektor-sektor ini diharapkan menjadi pendorong utama dalam meningkatkan lapangan kerja dan memberikan kontribusi pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Meskipun tantangan di akhir 2024 mempengaruhi pertumbuhan pembiayaan syariah, peranannya tetap tidak tergantikan dalam mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Pembiayaan syariah yang berbasis pada prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan keberlanjutan, tetap menjadi salah satu pilar penting dalam sistem keuangan Indonesia.
Oleh karena itu, meskipun ada penurunan di beberapa bulan terakhir, Bank Indonesia tetap yakin bahwa pembiayaan syariah akan terus berkembang, berkontribusi pada ekonomi Indonesia, dan menjadi alternatif penting bagi sektor-sektor yang membutuhkan pendanaan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Ke depan, tantangan yang dihadapi sektor pembiayaan syariah akan terus ada, namun dengan kebijakan yang tepat dan dukungan sektor perbankan yang solid, sektor ini diharapkan akan tetap mampu berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menciptakan lapangan kerja di Indonesia.