Syekh Taufiq Ramadhan al-Buthi: Kondisi Terkini di Suriah

Ulama Damaskus Suriah, Syekh DR Taufiq Ramadhan al-Buthi. (int)

Serambimuslim.com– Syekh Dr. Taufiq Ramadhan al-Buthi, seorang ulama terkemuka dari Damaskus, Suriah, yang juga dikenal sebagai putra dari almarhum Syekh Prof. Said Ramadhan al-Buthi, mengonfirmasi bahwa dirinya dalam kondisi baik-baik saja.

Ketika ditanya mengenai kondisinya terkini, khususnya dalam masa transisi pemerintahan Suriah, Syekh Taufiq dengan tegas menyampaikan doa dan harapannya untuk masa depan negara tersebut.

Dalam pesan yang diterimanya melalui dr. Tonggo Meaty Fransisca, yang juga merupakan bagian dari Presidium MER-C, Syekh Taufiq menyatakan, “Terimakasih atas doa kalian, saya alhamdulillah baik-baik saja, demikian juga Suriah. Satu fase sejarah negara kami telah berakhir, dan sekarang memasuki fase baru. Kami berharap fase ini akan memperbaiki yang rusak, membangun yang hancur, dan menjadi permulaan dari kebaikan.”

Hal ini menunjukkan optimisme Syekh Taufiq meskipun negara Suriah tengah menghadapi tantangan besar pasca-konflik yang berkepanjangan.

Syekh Taufiq al-Buthi dikenal sebagai salah satu ulama kharismatik di Suriah. Beliau juga berperan sebagai penasihat Presiden Bashar al-Assad.

Seperti ayahandanya, almarhum Syekh Prof. Said Ramadhan al-Buthi, Syekh Taufiq dikenal gigih menyuarakan pentingnya rekonsiliasi di Suriah.

Ia berupaya menghindari perpecahan yang bisa merusak persatuan bangsa Suriah, dan sering kali menyampaikan pesan agar masyarakat Suriah tetap waspada terhadap fitnah yang sengaja disulut oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.

Syekh Taufiq juga dikenal memiliki hubungan baik dengan Indonesia. Beliau sering berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan berbagai tokoh penting, dari kalangan ulama hingga pejabat pemerintahan.

Di Indonesia, beliau memiliki banyak murid yang menyebarkan ajaran Islam moderat. Oleh karena itu, kabar yang sempat beredar bahwa Syekh Taufiq telah meninggal dunia, terutama yang menyatakan beliau terbunuh, sempat menimbulkan kebingungan di kalangan para pengikut dan masyarakat internasional.

Namun, kabar tersebut segera dibantah. Syekh Mahmud al-Buthi, putra dari Syekh Taufiq, dalam konfirmasi melalui pesan berantai menegaskan bahwa kabar tersebut adalah informasi palsu yang bertujuan untuk mengadudomba sesama rakyat Suriah.

“Alhamdulillah, beliau baik-baik saja,” ujar Syekh Mahmud, membantah isu yang berkembang tersebut. Ia menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar dan hanya berfungsi untuk menyebarkan fitnah yang dapat memecah-belah bangsa Suriah.

Ia juga menjelaskan bahwa hal tersebut adalah bagian dari upaya untuk merusak stabilitas di Suriah dan memperburuk situasi yang sudah cukup sulit.

Di sisi lain, seorang mahasiswa Indonesia yang kini tengah melanjutkan studi di Damaskus, Muhammad Setia, turut memberikan laporan tentang situasi terkini di Suriah, khususnya di kalangan mahasiswa Indonesia. Setia mengungkapkan bahwa meskipun terdapat beberapa gejolak, situasi di Damaskus relatif aman.

Beberapa waktu lalu, pihak oposisi sempat mengunjungi asrama mahasiswa Indonesia di distrik Rukn Dien. Meski membawa senjata, kedatangan mereka bukan untuk melakukan tindakan kekerasan, melainkan untuk menenangkan para mahasiswa Indonesia agar tidak takut.

“Mereka datang untuk memberi rasa aman dan menjelaskan bahwa mereka siap menjaga keamanan kami,” jelas Setia.

Setia juga melaporkan bahwa suasana di sekitar asrama sudah mulai kondusif. Aktivitas sehari-hari seperti angkutan umum dan kegiatan ekonomi lainnya sudah mulai berjalan normal, meski situasi masih dalam tahap pemulihan pasca-konflik yang panjang.

“Alhamdulillah, kejadian sekarang sangat berbeda dengan konflik 2011 yang lalu. Sekarang, meskipun ada ketegangan, tidak ada lagi pertumpahan darah,” tambah Setia.

Berkaitan dengan proses transisi pemerintahan di Suriah, Setia menjelaskan bahwa saat pasukan oposisi mulai masuk ke Damaskus, hampir tidak ada suara tembakan yang terdengar.

“Suasana cukup damai, tidak seperti yang diberitakan di media,” katanya.

Bahkan, banyak warga Suriah yang merasa lega karena transisi ini berlangsung tanpa kekerasan yang berarti, dan tidak ada korban sipil yang jatuh dalam proses pengambilalihan Damaskus.

Seiring dengan itu, informasi yang diterima dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Damaskus menyatakan bahwa sebanyak 1.146 WNI yang berada di Suriah dinyatakan dalam keadaan aman.

Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai adanya korban atau cedera di antara warga negara Indonesia yang ada di sana.

Meski begitu, KBRI tetap mengeluarkan imbauan untuk mempersiapkan langkah evakuasi bagi WNI sebagai tindakan antisipasi.