SeranbiMuslim.com– Nama air kafur mungkin terdengar asing bagi banyak orang di Indonesia, namun banyak dari kita yang sudah cukup familiar dengan nama kapur barus.
Dalam beberapa referensi, air kafur disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai salah satu minuman istimewa bagi penghuni surga.
Sebagian ulama berpendapat bahwa air kafur ini memiliki persamaan dengan kapur barus, bahan alami yang berasal dari pohon kapur (Dryobalanops aromatica), yang tumbuh di Indonesia.
Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai keistimewaan air kafur di surga dan persamaannya dengan kapur barus yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, kita juga akan melihat sejarah penggunaan kapur barus dan bagaimana kaitannya dengan kebudayaan serta perdagangan di masa lalu.
Salah satu nikmat yang luar biasa bagi penghuni surga adalah makanan dan minuman yang melimpah. Di dalam surga, Allah SWT telah menyediakan hidangan terbaik yang dapat dinikmati tanpa batas dan tanpa kekhawatiran.
Tidak hanya makanan yang berlimpah, tetapi juga minuman yang menyegarkan, termasuk salah satunya adalah air kafur.
Air kafur ini berasal dari mata air telaga al-Kautsar, sebuah telaga yang sangat luas dan jernih yang memancarkan kesejukan di surga.
Setelah melewati berbagai ujian berat di Mahsyar dan hari kiamat, para ahli surga akan menghapus rasa dahaga mereka dengan segarnya air kafur yang berasal dari telaga al-Kautsar ini.
Betapa beruntungnya mereka yang dapat merasakan air dari telaga yang Allah SWT khususkan untuk umat Nabi Muhammad SAW.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Al-Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘Azza wa Jalla untukku. Di sana terdapat kebaikan yang melimpah. Ia adalah telaga yang akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat. Jumlah bejananya sebanyak bintang-bintang.” (HR. Muslim).
Telaga al-Kautsar ini menjadi salah satu anugerah besar yang diberikan kepada Rasulullah dan umatnya, menjadi simbol kemuliaan dan kenikmatan di akhirat.
Keistimewaan air kafur juga dijelaskan dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam Surah Al-Insan ayat 5-6. Ayat tersebut menyebutkan bahwa air kafur menjadi minuman bagi orang-orang yang berbuat kebajikan. Allah SWT berfirman:
إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا (ayat 5)
عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا (ayat 6)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum (khamar) dari gelas yang campurannya air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan dapat mereka pancarkan dengan mudah.”
Ulama menafsirkan bahwa air kafur yang disebutkan dalam ayat ini merupakan campuran yang berasal dari mata air yang sangat segar dan wangi di surga.
Air ini sangat berbeda dengan air yang kita kenal di dunia, tidak hanya dalam rasa, tetapi juga dalam keharuman dan manfaatnya bagi tubuh.
Menurut Buya Hamka, seorang ulama besar Indonesia, air kafur yang disebutkan dalam Surah Al-Insan ayat 5 sebenarnya merujuk pada zat putih dan wangi yang dikenal sebagai kapur barus.
Dalam kitab Tafsir Al-Azhar jilid 10, Buya Hamka menjelaskan bahwa kata “kafuur” dalam bahasa Arab merujuk pada bahan yang kita kenal sebagai kapur barus, yang dihasilkan dari pohon kapur.
Pohon kapur (Dryobalanops aromatica) banyak ditemukan di Indonesia, khususnya di daerah Sumatera.
Menurut Buya Hamka, “kafuur” yang berasal dari Barus di Sumatera ini kemungkinan sudah dikenal oleh bangsa Arab jauh sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW, mengingat banyaknya rempah-rempah yang diperdagangkan antara Nusantara dan Arab pada zaman itu.
Jadi, air kafur yang disebut dalam Al-Qur’an kemungkinan adalah campuran dari air yang mengandung kapur barus.
Namun, meskipun keduanya memiliki bahan dasar yang sama, tentu saja air kafur di surga jauh lebih nikmat dan lebih wangi daripada kapur barus yang kita kenal di dunia.
Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam Surah Al-Baqarah ayat 25 yang menyatakan bahwa makanan dan minuman di surga memiliki kesamaan dengan yang ada di dunia, namun dengan kualitas yang jauh lebih baik dan sempurna.
Sejarah Penggunaan Kapur Barus
Penggunaan kapur barus dalam kehidupan manusia sudah ada sejak lama. Dalam sejarah, kapur barus dikenal tidak hanya sebagai bahan pengawet jenazah, tetapi juga sebagai bahan untuk menjaga kebersihan dan memberikan aroma wangi.
Di Mesir Kuno, kapur barus digunakan dalam pengawetan mumi, sementara dalam tradisi Islam, kapur barus digunakan untuk membersihkan jenazah, sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang cara memandikan jenazah putri Nabi SAW.
Selain itu, kapur barus juga digunakan dalam perdagangan rempah-rempah. Sumatera, khususnya Barus, dikenal sebagai pusat perdagangan kapur barus yang diminati pedagang dari Arab, Persia, dan India.
Kapur barus ini tidak hanya digunakan untuk pengawetan jenazah, tetapi juga untuk keperluan pengobatan tradisional dan sebagai bahan pembasmi serangga.
Kapur barus yang asli berasal dari pohon kapur (Dryobalanops aromatica) dan memiliki aroma khas yang kuat.
Kristalnya berwarna putih transparan, dan meskipun kini semakin langka, kapur barus masih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai pengharum ruangan, pengusir serangga, atau sebagai bahan obat herbal.