Serambimuslim.com– Nabi Muhammad SAW dikelilingi oleh banyak sahabat yang setia dan memiliki berbagai keistimewaan.
Salah satu sahabat yang terkenal karena keberanian, kecerdasan, dan keimanan yang mendalam adalah Salman Al Farisi.
Ia dikenal tidak hanya karena kedekatannya dengan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga karena peranannya yang sangat penting dalam strategi perang dan kontribusinya dalam penaklukan Kekaisaran Sasaniyah.
Salah satu momen paling bersejarah yang melibatkan Salman adalah peranannya dalam pembuatan parit dalam Perang Khandaq, yang terbukti menjadi salah satu taktik yang sangat efektif melawan pasukan musuh.
Salman Al Farisi, yang nama lengkapnya adalah Salman bin Ismail, lahir di sebuah desa bernama Jayyun, yang terletak di wilayah Isfahan, Persia (sekarang Iran).
Menurut Zaidin Sidik dalam bukunya Salman Al Farisi, Petualang Pencari Kebenaran, Salman pada awalnya memiliki status sosial yang tinggi di masyarakatnya.
Sebagai penjaga api, ia menjadi salah satu individu terkemuka dalam agama Majusi, yang pada waktu itu masih banyak dianut oleh masyarakat Persia.
Seperti yang digambarkan dalam buku Tafsir Surat Al-Fatihah karya Idrus Majusi, Salman dahulu adalah seorang penyembah api, yang merupakan tradisi utama dalam agama Majusi.
Namun, meskipun ia berada dalam kedudukan yang terhormat, hatinya merasa gelisah dengan ajaran agama yang ia anut.
Salman merasa tidak puas dengan agama yang dianutnya, dan hal ini mendorongnya untuk mencari kebenaran yang lebih tinggi.
Suatu hari, sang ayah memerintahkannya untuk mengurus kebun dan tanah milik keluarga mereka.
Dalam perjalanan ke tanah tersebut, Salman melewati sebuah gereja Nasrani dan mendengar suara ibadah yang menggugah hatinya.
Penasaran, ia pun memutuskan untuk memasuki gereja dan melihat apa yang tengah dilakukan oleh orang-orang Nasrani tersebut.
Ketika ia bertanya tentang agama yang mereka anut, orang-orang itu menjawab bahwa agama tersebut berasal dari Syam (Syria).
Jawaban ini membuat hati Salman semakin tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang agama yang lebih menenangkan hati tersebut.
Keinginan Salman untuk mencari kebenaran yang lebih mendalam mendorongnya untuk pergi ke Syam, di mana ia tinggal bersama seorang pendeta Nasrani.
Namun, pencariannya tidak berhenti di sana. Ia terus berkeliling, bahkan pergi ke Arab, hingga akhirnya menemukan agama yang ia cari, yaitu Islam.
Keputusan Salman untuk memeluk Islam berawal dari pertemuannya dengan Nabi Muhammad SAW, yang membuatnya terkesan dengan kejujuran dan keluhuran akhlak Rasulullah.
Setelah memeluk Islam, Salman Al Farisi menjadi salah satu sahabat yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW.
Beberapa kali Salman memberikan hadiah kepada Rasulullah, namun hadiah-hadiah tersebut selalu dibagikan kepada para sahabat lainnya.
Tindakan ini membuat Salman semakin kagum dengan sifat Nabi Muhammad SAW yang sangat dermawan dan tidak mementingkan dirinya sendiri.
Dalam pandangan Salman, Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang benar-benar mencerminkan ajaran yang dibawa-Nya.
Kejujuran dan konsistensi antara ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW adalah faktor utama yang membuat Salman semakin mantap untuk mengikutinya.
Salman Al Farisi juga dikenal sebagai salah satu sahabat yang sangat cerdas dan bijaksana.
Ia tidak hanya mengikuti ajaran Islam dengan penuh kesungguhan, tetapi juga banyak berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan umat Muslim.
Salah satu kontribusinya yang paling terkenal adalah ketika ia turut serta dalam Perang Khandaq (Perang Parit).
Dalam perang ini, Salman mengusulkan strategi pembuatan parit untuk mempertahankan Madinah dari serangan musuh, yang ternyata terbukti sangat efektif.
Keputusan ini tidak hanya memperlihatkan kecerdasan strategi, tetapi juga menunjukkan bagaimana Salman sangat berperan penting dalam memperjuangkan Islam.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Salman Al Farisi terus melanjutkan perjuangan Islam.
Dalam penaklukan Kekaisaran Sasaniyah, Salman berperan penting dalam membimbing pasukan Muslim untuk mengalahkan kekaisaran yang pada waktu itu merupakan salah satu kekuatan besar dunia.
Setelah runtuhnya Kekaisaran Sasaniyah, Salman diangkat menjadi Gubernur Al-Madain, yang terletak di wilayah Persia (sekarang bagian dari Irak).
Meskipun menduduki jabatan tinggi, Salman tetap sederhana dan rendah hati. Ia memilih untuk bekerja di kebun kurma dan menyedekahkan sebagian besar gajinya untuk kepentingan umat Islam.
Dermawan dan rendah hati, sifat-sifat ini menjadikan Salman sebagai sosok yang sangat dihormati di kalangan umat Islam.
Salman juga dikenal sebagai orang yang sangat peduli dengan ilmu pengetahuan.
Bahkan, sejak zaman Nabi Muhammad SAW masih hidup, Salman sudah mulai menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Persia, menjadikannya orang pertama yang menerjemahkan kitab suci ini ke dalam bahasa asing.
Kontribusi besar ini menunjukkan bahwa Salman tidak hanya berbicara tentang keimanan, tetapi juga berusaha untuk menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang dapat dipahami oleh umat di luar Jazirah Arab.
Salman Al Farisi wafat pada pertengahan abad ke-7, dan meskipun ada perbedaan pendapat mengenai tahun kematiannya—beberapa mengatakan tahun 653 M dan sebagian lagi pada tahun 656 M—yang pasti, ia meninggalkan warisan yang sangat berharga.
Ia bukan hanya seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang penuh dedikasi, tetapi juga seorang pemikir, strategis, dermawan, dan pribadi yang sangat bijaksana.
Salman sebagai seorang sahabat yang setia dan pencari kebenaran yang gigih terus dikenang dalam sejarah Islam sebagai contoh keteguhan hati dalam mencari ilmu dan kebenaran.