Makna Memaafkan dalam Ajaran Islam yang Mulia

keutamaan saling memaafkan dalam islam. (int)

Serambimuslim.com– Dalam ajaran Islam, memaafkan adalah salah satu tindakan mulia yang sangat dianjurkan.

Hal ini bukan hanya sekadar memberikan kebaikan kepada orang yang meminta maaf, tetapi juga membawa banyak manfaat bagi diri sendiri, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

Islam mengajarkan bahwa memaafkan adalah bagian integral dari membangun masyarakat yang harmonis, penuh kasih sayang, dan saling menghormati.

Konsep ini diajarkan secara jelas melalui Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.

Al-Qur’an banyak sekali membahas tentang keutamaan memaafkan.

Salah satu ayat yang sangat terkenal mengenai hal ini terdapat dalam Surah Al-A’raf ayat 199, yang berbunyi: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Q.S. Al-A’raf: 199).

Ayat ini mengajarkan kepada umat Islam untuk selalu memaafkan, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan fokus pada hal-hal yang baik dan bermanfaat.

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad: “Barangsiapa yang memberi maaf ketika dia mampu membalas dendam, maka Allah akan memberinya maaf pada hari kiamat.” (H.R. Ahmad).

Hadis ini menunjukkan betapa besar ganjaran yang diberikan Allah kepada orang yang mau memaafkan meski dalam posisi yang memungkinkan dia untuk membalas dendam.

Memaafkan, dalam Islam, tidak hanya terbatas pada perbuatan memberi maaf kepada sesama manusia, tetapi juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperbaiki hubungan antar sesama, dan menjaga keharmonisan dalam masyarakat.

Salah satu ulama yang sering membahas pentingnya memaafkan adalah KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha.

Dalam berbagai ceramahnya, Gus Baha selalu menekankan bahwa memaafkan adalah jalan untuk mendapatkan kedamaian hati dan mendapatkan keridhaan Allah.

Gus Baha mengajarkan bahwa memaafkan bukan hanya sekadar memberi maaf secara lisan, tetapi juga merupakan proses membersihkan hati dari kebencian dan dendam.

Menurut Gus Baha, memaafkan adalah bentuk nyata dari kebesaran jiwa dan keikhlasan seorang hamba.

Beliau sering mengingatkan bahwa dengan memaafkan, seseorang bisa mencapai ketenangan batin dan kebahagiaan sejati, karena hati yang penuh dengan dendam hanya akan menghambat kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup.

Bahkan, kebencian dan dendam dapat merusak kesehatan spiritual seseorang, yang pada gilirannya bisa memengaruhi kualitas kehidupan duniawinya.

Gus Baha menguraikan beberapa keutamaan besar yang dapat diperoleh dari memaafkan. Di antaranya adalah:

  1. Menghapus Dosa dan Mengangkat Derajat Gus Baha mengutip sebuah hadis yang menyatakan bahwa orang yang memaafkan akan dihapuskan dosa-dosanya oleh Allah dan derajatnya akan diangkat. Hal ini menunjukkan bahwa memaafkan bukan hanya mendatangkan manfaat duniawi, tetapi juga berimplikasi besar dalam kehidupan akhirat. Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa memaafkan orang yang bersalah akan membuka pintu rahmat Allah dan menyelamatkan seseorang dari api neraka.
  2. Menjaga Silaturahmi Dalam masyarakat, perselisihan dan perbedaan pendapat adalah hal yang biasa. Namun, Gus Baha menekankan bahwa memaafkan adalah kunci untuk menjaga hubungan baik dan silaturahmi. Dengan memaafkan, persaudaraan dan kekeluargaan akan tetap terjaga, meskipun pernah terjadi konflik. Ini sangat penting, karena hubungan yang harmonis akan mempererat ikatan sosial dan membangun kedamaian di tengah masyarakat.
  3. Mendapatkan Ketenangan Jiwa Gus Baha menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan untuk memaafkan akan merasakan ketenangan jiwa yang luar biasa. Ketika seseorang mampu menghapus rasa dendam dan kebencian dari hatinya, dia akan merasa lebih bebas dan damai. Ketenangan jiwa ini akan tercermin dalam setiap aspek kehidupannya, baik dalam berinteraksi dengan orang lain maupun dalam menghadapi cobaan hidup.

Gus Baha juga sering mengisahkan cerita-cerita inspiratif tentang memaafkan dalam ceramahnya. Salah satu kisah yang beliau sering ceritakan adalah kisah Nabi Yusuf AS.

Meskipun saudara-saudaranya telah berbuat jahat kepadanya, melemparnya ke dalam sumur dan berusaha membunuhnya, Nabi Yusuf AS tetap memilih untuk memaafkan mereka ketika mereka datang kepadanya dengan rasa menyesal.

Nabi Yusuf tidak hanya memaafkan, tetapi juga mengajak mereka untuk tetap menjaga hubungan persaudaraan dan memperbaiki keadaan.

Kisah Nabi Yusuf AS ini menjadi teladan bagi umat Islam bahwa memaafkan adalah tindakan yang sangat mulia dan membawa berkah.

Ketika seseorang mampu memaafkan, meskipun tindakan yang dilakukan oleh orang lain sangat menyakitkan, maka dia akan mendapatkan kebesaran hati, ketenangan jiwa, dan berkah dari Allah.