Menghadapi Anak dengan Kekurangan Fisik

ilustrasi anak dengan kondisi fisik yang tidak sempurna atau memiliki kekurangan. (int)

Serambimuslim.com– Orang tua sering kali menghadapi beragam ujian dalam kehidupan, dan salah satu ujian terbesar adalah menerima anak dengan kondisi fisik yang tidak sempurna atau memiliki kekurangan.

Terkadang, anak yang dilahirkan dengan cacat fisik atau tidak rupawan bisa menimbulkan perasaan kecewa atau bahkan kebencian dalam hati orang tua.

Namun, dalam pandangan Islam, perasaan tersebut tidak hanya salah, tetapi juga bertentangan dengan ajaran agama yang menekankan pentingnya bersyukur dan menerima takdir Allah dengan hati yang ikhlas.

Menurut Syekh Nada Abu Ahmad, seorang ulama yang dikenal dengan karya-karyanya dalam bidang tafsir dan fiqh, orang tua yang merasa kecewa atau tidak puas dengan anak yang dilahirkan, sebenarnya tidak menyadari bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas penciptaan seorang anak.

Dalam bukunya Berkah Anak Shalih, Syekh Nada menegaskan bahwa baik rupa fisik maupun keadaan tubuh anak adalah takdir Allah, dan manusia tidak memiliki hak atau wewenang untuk mengubah atau menentukan hal tersebut.

Tidak ada campur tangan orang tua dalam menentukan rupa atau fisik anak, sehingga mereka tidak berhak merasa bangga atas hal-hal yang baik maupun merasa kecewa atas hal-hal yang kurang baik pada anak.

Allah sendiri berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 6 yang menyatakan bahwa Dia-lah yang membentuk manusia dalam rahim ibu sebagaimana yang Dia kehendaki.

Tidak ada Tuhan selain Allah, yang Maha Perkasa dan Mahabijaksana. Dalam hal ini, Allah menegaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi, termasuk bentuk fisik atau kondisi anak, adalah keputusan-Nya, dan sebagai hamba-Nya, kita hanya wajib menerima dan bersyukur atas apa yang diberikan-Nya.

Bahkan dalam Surat Al Waqiah ayat 58-59, Allah menanyakan kepada manusia, apakah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri ataukah Allah yang menciptakan mereka.

Pertanyaan ini menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki kekuasaan dalam hal penciptaan diri atau bahkan keturunan mereka. Semua itu adalah kehendak Allah semata.

Syekh Nada mengingatkan para orang tua bahwa ukuran kemuliaan di sisi Allah bukanlah berdasarkan rupa fisik, harta, keturunan, atau ketenaran seseorang, melainkan berdasarkan ketakwaannya kepada Allah.

Allah berfirman dalam Surat Al Hujurat ayat 13 yang mengingatkan bahwa kemuliaan seseorang di hadapan Allah ditentukan oleh tingkat ketakwaan, bukan berdasarkan status sosial atau fisik seseorang.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa yang paling mulia di antara umat manusia adalah yang paling bertakwa kepada Allah, tanpa melihat latar belakang atau penampilan fisiknya.

Ketika orang tua menghadapi anak dengan fisik yang tidak sempurna atau cacat, mereka seharusnya belajar untuk menerima dan bersyukur.

Meskipun secara manusiawi bisa saja timbul perasaan kecewa atau bingung, Allah ingin menguji ketabahan dan kesabaran mereka dalam menghadapi takdir tersebut.

Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk selalu bersyukur dalam segala keadaan, termasuk ketika menerima ujian berupa anak yang mungkin berbeda dengan harapan.

Sebagai contoh, dalam kisah Nabi Sulaiman, beliau dikaruniai sebuah kerajaan yang luar biasa, tetapi ketika mendambakan keturunan, Allah memberikan anak yang tidak sempurna.

Nabi Sulaiman berkeinginan untuk memiliki anak yang kuat, yang dapat membantu dalam perjuangan di jalan Allah, namun akibat kelalaiannya dalam menyebutkan “Insya Allah,” harapannya tidak tercapai.

Namun, Nabi Sulaiman tetap menerima takdir tersebut karena ia tahu bahwa segala sesuatu adalah keputusan Allah yang Maha Bijaksana.

Hal ini mengajarkan kita bahwa dalam kehidupan ini, sering kali apa yang kita harapkan tidak selalu sesuai dengan kenyataan, tetapi kita harus tetap bersyukur dan menerima apa yang diberikan oleh Allah.

Setiap ujian memiliki hikmah dan tujuan tertentu, dan mungkin saja apa yang kita anggap sebagai kekurangan, justru memiliki nilai lebih di sisi Allah.

Dalam pandangan Islam, anak yang mungkin tidak tampak sempurna di mata manusia, bisa jadi lebih mulia di sisi Allah.

Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 221, bahwa seorang hamba sahaya yang beriman lebih baik daripada perempuan atau laki-laki yang tidak beriman meskipun secara fisik mereka tampak lebih menarik.

Ini menunjukkan bahwa Allah melihat hati dan amal perbuatan seseorang, bukan penampilan fisiknya.

Syekh Nada mengingatkan orang tua bahwa anak dengan kekurangan fisik, meskipun dibenci oleh mereka, bisa saja diterima dengan baik oleh Allah.

Yang terpenting adalah bagaimana orang tua mendidik dan membimbing anak tersebut agar tumbuh menjadi anak yang shaleh dan bertakwa kepada Allah.

Seperti yang diajarkan dalam banyak hadis, Allah tidak melihat rupa atau bentuk fisik, tetapi melihat hati dan amal perbuatan seseorang.

Oleh karena itu, orang tua harus berusaha untuk mendidik anak mereka dengan penuh kasih sayang dan ketulusan, tanpa memandang fisik mereka.

Dengan cara ini, orang tua dapat melihat anak mereka sebagai amanah yang diberikan oleh Allah, yang harus dijaga dan dididik dengan penuh tanggung jawab.

Tak ada yang lebih penting bagi seorang muslim selain menjaga hati dan amal perbuatannya, dan dengan itu mereka akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah, meskipun dunia mungkin tidak selalu mengakui kelebihan atau kekurangan fisik mereka.

Syekh Nada juga mengingatkan bahwa segala yang diberikan Allah kepada umat-Nya adalah ujian dan berkah yang harus disyukuri, meskipun itu datang dalam bentuk yang tidak sesuai dengan harapan kita.

Maka, bersyukurlah atas apa yang telah diberikan dan bersabarlah dalam menghadapi segala ujian hidup. Allah Maha Pemberi, dan segala yang terjadi adalah bagian dari rencana-Nya yang penuh kebijaksanaan.