SERAMBIMUSLIM.COM – Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar mengatakan ulama dan tokoh agama menghadapi tantangan yang jauh lebih berat di era post-truth sekarang ini dalam mendefinisikan sebuah kebenaran. Apalagi kebenaran saat ini dapat didefinisikan oleh otoritas.
“Dulu, menjadi ulama terasa lebih mudah karena kebenaran bisa didefinisikan dengan jelas dan diterima secara universal,” kata KH Nasaruddin.
Dalam era post-truth seperti sekarang, tutur Imam Besar Masjid Istiqlal, mendefinisikan kebenaran itu sendiri menjadi sangat sulit. Dulu, apa yang dianggap benar oleh hati nurani dan agama diakui secara universal sebagai kebenaran.
Namun, sekarang ini, bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia, definisi kebenaran sering kali didefinisikan oleh otoritas. “Ironisnya, kita sering kali tidak bisa bersuara dan hanya bisa menerima kenyataan ini,” imbuhnya.
Inilah yang membuat menjadi ulama dan tokoh agama sekarang lebih sulit. Tokoh agama lebih sering diminta untuk menyelesaikan akibat tanpa diajak untuk membicarakan sebab yang mendasarinya.
Akhirnya, tokoh agama banyak berurusan dengan Kementerian Sosial untuk menyelesaikan persoalan lingkungan, masalah moral umat, dan perubahan iklim. Bagaimana mungkin mereka bisa menyelesaikan persoalan jika sebabnya tidak pernah dilibatkan?
“Ini adalah bagian yang perlu kita koreksi di masa depan. Kita perlu mengembalikan definisi kebenaran kepada hati nurani dan kitab luhur agama kita,” ungkap KH Nasaruddin.
Lebih jauh, ia berpesan bahwa ulama dan tokoh agama perlu menuangkan hal itu dalam berbagai macam tulisan untuk meningkatkan kesadaran umat agama bersama. “Dengan demikian, kita bisa mengembalikan kebenaran kepada referensi yang lebih universal dan luhur,” tutupnya.
Atas pandangannya itu, Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI M. Jusuf Kalla menyebut Imam Besar Masjid Istiqlal sebagai ulama yang dapat diterima oleh semua pihak. “Selaku imam besar di masjid terbesar di Indonesia, agar tetap memberikan kita nasihat, pandangan, dan juga pedoman serta bagaimana memberikan kita kedamaian,” tutur Jusuf Kalla.
Sementara politikus senior dan Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang menilai KH Nasaruddin adalah sosok kiai yang dapat diterima semua pihak, terutama generasi milenial karena tafsirnya. “Dalam tafsirnya, beliau selalu mengingatkan akan kesabaran. Kesabaran diutamakan persis seperti jiwanya itu sendiri, beliau sabar menghadapi orang,” kata OSO, sapaan akrabnya. (*)