SerambiMuslim.com– Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat banyak orang yang seolah hidup dalam kesederhanaan, namun tetap penuh dengan kebahagiaan dan kepuasan.
Sementara itu, banyak juga orang yang terlihat kaya raya, memiliki harta melimpah, tetapi tidak merasa puas dan terus mencari kebahagiaan yang tak kunjung datang.
Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, khususnya dalam Surah Ali Imran (3:14), yang menyatakan bahwa “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga).”
Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa banyak orang yang sholeh terkesan miskin, meskipun mereka hidup dengan penuh ketenangan dan kedamaian? Ustadz Bachtiar Nasir dalam rubrik Konsultasi yang dimuat di Harian Republika pada 18 September 2012 memberikan penjelasan mengenai hal ini.
Menurut beliau, ayat di atas menjelaskan perbedaan antara orang-orang yang sholeh dengan orang-orang yang lebih tertarik pada kesenangan dunia.
Orang yang sholeh memiliki kebutuhan dan kepuasan yang berbeda dengan orang yang hanya mengejar kesenangan duniawi.
Kebutuhan orang sholeh tidaklah berlebihan. Mereka tidak tergoda untuk mengumpulkan harta berlimpah, atau mengejar kemewahan.
Bagi mereka, yang paling penting adalah mendapatkan kelimpahan rahmat Allah. Makanan dan minuman yang mereka konsumsi pun hanya sebatas yang diperlukan, tanpa ada keinginan berlebihan.
Kepuasan mereka adalah menjalankan perintah Allah dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW. Mereka merasa cukup dan bahagia ketika dapat mengamalkan ajaran agama dengan tulus dan ikhlas.
Kepuasan orang sholeh lebih kepada kepuasan spiritual yang tidak bergantung pada harta benda atau kemewahan duniawi.
Mereka merasa bahagia ketika dapat beribadah, mengamalkan sunnah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sementara itu, orang yang lalai atau cinta dunia akan terus merasa kekurangan meskipun harta mereka berlimpah.
Hal ini disebabkan oleh ketamakan yang terus-menerus menghinggapi hati mereka, yang tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Mereka terus mengejar kebahagiaan dunia yang sejatinya tidak akan pernah memuaskan jiwa mereka.
Sebagai contoh, dalam kehidupan para nabi dan rasul, kita melihat bahwa mereka adalah orang yang paling banyak diuji oleh Allah. Sebagian besar nabi dan rasul tidak menikmati kemewahan dunia.
Bahkan, kehidupan mereka bisa dikatakan miskin menurut ukuran duniawi. Namun, mereka tetap tegar dan sabar karena mereka tahu bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan setelah mati.
Mereka hidup dengan penuh keikhlasan dan ketundukan kepada Allah SWT, dan itu adalah kebahagiaan sejati yang mereka rasakan.
Meskipun kehidupan dunia tidak memberikan kesenangan dan kemewahan bagi orang sholeh, Allah menjanjikan balasan yang jauh lebih baik di akhirat.
Allah berfirman dalam QS. Al-Nahl (16:97), “Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Ini adalah janji Allah kepada umat-Nya yang beriman dan beramal sholeh, bahwa mereka akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat.
Bagi orang sholeh, keberhasilan tidak diukur dengan materi atau harta yang mereka miliki. Kekayaan sejati adalah ketika seseorang merasa kaya dengan apa yang dimilikinya, dan tidak dikejar oleh hawa nafsu untuk memiliki lebih banyak dunia.
Rasa kaya sejati datang dari kemampuan untuk mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah, dan ketika seseorang merasa bahagia saat dapat berbagi dengan orang lain.
Puncak kepuasan orang sholeh adalah ketika mereka dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam, mencari rezeki dengan cara yang halal, dan membelanjakannya untuk jalan Allah.
Meski tampak tidak kaya menurut ukuran duniawi, orang sholeh tidak pernah kekurangan dalam hidupnya. Mereka merasa cukup dan bahagia karena hidup mereka penuh dengan tujuan dan berkah dari Allah.
Ujian dan cobaan dalam hidup adalah bagian dari proses yang harus dilalui oleh setiap umat Islam, terutama bagi orang sholeh.
Allah berfirman dalam QS. Al-Ankabut (29:2), “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak diuji lagi?”
Ujian dan cobaan adalah cara Allah menguji kesabaran dan keteguhan iman hamba-Nya. Bagi orang sholeh, ujian adalah kesempatan untuk memperkuat iman mereka dan mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan sabar dan tawakal, mereka mampu menikmati ujian tersebut dan melihatnya sebagai bagian dari perjalanan hidup yang penuh makna.